Jakarta, NU Online
Menjelang pemilihan umum, wajar jika masyarakat berbeda pilihan politik. Namun, perbedaan itu jangan menjadi alasan masyarakat untuk terpecah dan bermusuhan, apalagi terputus tali silaturahim.
Hal tersebut disampaikan Ketua FKUB Jakarta Barat, H Tatang Rahmat Firdaus Anggadinata, usai istighotsah kubra yang diadakan LTM DKI Jakarta di Masjid Raya Hasyim Asy’ari Jakarta Barat, Ahad (2/12).
“Umat Islam itu hanya diperkenankan tiga hari maksimal tidak menegur sesama Muslim. Faktanya gara-gara beda politk saja satu periode, lima tahun, nggak menegur. Jadi antara konsep dengan praktik jauh,” sesalnya.
Ia juga mengkritisi kebanyakan orang yang menuntut orang lain selalu berbuat baik padahal orang tersebut belum tentu berbuat baik kepada yang lain.
“Saya mengajak FKUB Jakarta Barat, sebelum mengajak ke luar agar rukun, kita rukun dulu. Jadi (bilang rukun) ke luar enak. Yang sering terjadi di mimbar teriak rukun, di dalam tidak rukun,” ujarnya.
Pria kelahiran Sumedang Jawa Barat ini mengibaratkan situasi demikian seperti kaleng biskuit yang isinya rengginang. Menurutnya tokoh agama dan tokoh masyarakat harus mampu memberikan contoh bahwa walaupun beda pilihan, tetapi harus dapat membangun bersama-sama.
Kerukunan antarumat beragama, lanjutnya, sangatlah penting mengingat bangsa Indonesia terdiri dari beragam agama, suku, bahasa dan adat istiadat.
“Jakarta Barat sendiri wilayahnya beragam, alhamdulillah kondusif. Adanya romantika dan dinamika itu sebagai hal yang wajar,” katanya.
Kerukunan warga di Jakarta Barat terjaga juga karena mereka menganggap wilayah mereka sebagai ’kampung kite’. “Sekali saudara tetap saudara, sekali teman tetap teman, dan sekali sahabat tetap sahabat,” imbuhnya. (Kendi Setiawan)