Nasional

Geliat Filantropi sebagai Media Spiritualitas Modern

Jum, 3 Februari 2017 | 15:00 WIB

Jakarta, NU Online
Geliat Filantropi menjadi trend baru di Indonesia bahkan di dunia. Sebagaimana kata Bill & Melani Gates Foundation yang menyatakan geliat tersebut sampai ke Afrika.

“Filantropi itu kaya spiritulitas modern. Orang-orang kaya sekarang itu taubatnya tidak hanya haji, tapi berderma,” kata ketua Yayasan Sabilillah Bidang Lembaga Sosial Ekonomi Sabilillah M. Mas’ud Said pada acara Seminar Nasional Filantropi Islam Nusantara yang diselenggarakan NU Care-Lazisnu di lantai 8 Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (2/2)

Ia menjelaskan bahwa filantropi itu semangat mendekati Tuhan dengan cara memberi, mencintai terhadap sesama. Dalam bahasa yang umum dapat disebut dengan giving (memberi), loving (mencintai), and caring (peduli).

“Orang-orang kaya sekarang kecenderungan pertaubatannya itu filantropis.Ia menjadi kaya malaikat dunia yang memberikan kesejukkan lewat harta-hartanya,” tutur pria kelahiran Sidoarjo.

Pada kesempatan tersebut, ia juga menyampaikan apresiasi atas tema yang di usung oleh NU Care-Lazisnu. “Sudah betul NU-Care memberikan tema ini, urgent, baru, ini paling canggih,” ujarnya.

Dalam konteks Indonesia, ia mengungkapkan bahwa geliat filantropi tidak hanya terjadi di pusat tapi juga di daerah. “Di daerah-daerah itu tidak kalah pentingnya, tidak kalah banyaknya dari pusat. Di daerah itu punya lumbung dari filantropisme,” ungkapnya.

Pria yang juga Guru Besar Ilmu Pemerintahan tersebut menuturkan bahwa filantropisme itu sangat dekat dengan NU. 

“Coba lihat AD/ART, coba lihat profil kiai-kiai, coba lihat para penghulu NU yang gambaranya ada di Harlah. Semua adalah citra orang yang giving, loving, and caring. memberi tidak meminta, mencintai bukan membenci, peduli bukan apatis,” terangnya.

Lebih lanjut ia menyatakan bahwa NU sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia itu didirikan oleh orang-orang sholeh sekaligus filantropis. “Tidak ada orang orang NU yang hebat itu tidak filantropis,” jelasnya. (Husni Sahal/Fathoni)