Nasional

Guru Besar dari Jepang: Bahasa Daerah Kunci Dakwah Islam Nusantara

NU Online  ·  Selasa, 30 Oktober 2018 | 23:00 WIB

Jakarta, NU Online
Kedatangan Islam ke Nusantara tidak mencerabut budaya dari akarnya, termasuk bahasa di dalamnya. Para pendakwah dulu melakukan pelokalan istilah (vernakularisasi) sehingga memudahkan penduduk asli menerimanya.

Hal ini terjadi mengingat bahasa daerah memiliki ikatan dengan budaya di wilayahnya dan hati para penuturnya.

"Bahasa daerah itu sebagai bahasa rohani karena dekat dengan hati," kata Mikihiro Moriyama, guru besar Universitas Nanzan, Jepang, saat ditemui NU Online pada Kongres Bahasa Indonesia (KBI) XI di Hotel Grand Sahid Jaya, Selasa (30/10).

Di Jawa Barat, misalnya, ia menemukan bahasa Sunda digunakan dalam berbagai praktik keagamaan. Dalam tulisannya yang berjudul Basa Sunda dalam Berdoa, ia menceritakan tentang puji-pujian (pupujian) yang disampaikan dengan bahasa Sunda saat menanti iqamah selepas azan dikumandangkan.

Pria yang pernah tinggal di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat itu juga mengisahkan kehidupan di pesantren tersebut, bahwa bahasa Sunda juga digunakan dalam memberikan tanda fungsi kalimat beserta maknanya (ngalogat) kitab-kitab berbahasa Arab.

"Bahasa Sunda dipilih sebagai bahasa pengantar karena bahasa pertama bagi kebanyakan santri (Cipasung) adalah bahasa Sunda," tulisnya.

Mengingat bahasa pertama di Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah bahasa Jawa, tentu bahasa tersebut juga yang digunakan dalam pengajian. Sementara di wilayah perkotaan seperti Bandung, menurutnya, bahasa Indonesia lebih efektif untuk digunakan.

Bahasa Sunda juga, terangnya, digunakan dalam menyampaikan khotbah dan pengajaran agama lainnya.

Bahasa Sunda, bagi penutur aslinya, menurut Miki, itu tidak tergantikan dengan bahasa lain. Lagu bernuansa agama dengan bahasa Sunda terasa lebih menyentuh, katanya. Ia mencontohkan lagu berjudul Babar Nabi.

"Bahasa Sunda kiranya tetap memainkan peranan penting dalam ruang pribadi dan juga kehidupan keagamaan sebagai bahasa batin," katanya.

"Bahasa Sunda dan Islam mempunyai hubungan 'mesra'," pungkas profesor yang pernah mengampu bahasa Sunda di Universitas Leiden, Belanda, itu.

Hal serupa terjadi di Tanah Melayu. Bahasa Melayu menjadi sarana penyebaran Islam. "Bahasa Melayu juga digunakan untuk menyebarkan Islam," tuturnya saat menyampaikan makalahnya. (Syakir NF//Abdullah Alawi)