Jakarta, NU Online
Bangsa Indonesia sejak 90 tahun silam telah sepakat untuk menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Hal ini membuat bangsa lain iri.
"Orang Afrika iri dengan kesuksesan Indonesia dalam bahasa," kata Mikihiro Moriyama, guru besar Universitas Nanzan, Jepang, saat mengisi diskusi panel pada Kongres Bahasa Indonesia (KBI) XI di Hotel Grand Sahid Jaya, Selasa (30/10).
Pasalnya, lanjut Miki, mereka masih menggunakan bahasa kolonial, bahasa negara yang menjajahnya, sedangkan Indonesia menggunakan bahasanya sendiri.
Jika Afrika iri dengan bahasa nasionalnya, Jepang, jelas Miki, iri dengan kondisi multilingualisme (kemampuan tiga bahasa) bangsa Indonesia. Sebab, masyarakat Jepang hanya monolingual (kemampuan seseorang satu bahasa).
Kondisi seperti Indonesia dalam pandangannya terbilang tidak wajar. "Ini istimewa," tegas profesor yang pernah tinggal di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya itu.
Miki, mengutip Maier, menjelaskan bahwa kebijakan bahasa pemerintah Hindia Belanda tidak berhasil. Hal serupa dialami oleh Jepang saat menduduki negeri ini.
Pria yang pernah mengampu mata kuliah bahasa Sunda di Universitas Leiden, Belanda, itu berharap Indonesia dapat merawat keragaman bahasanya sesuai proporsinya. (Syakir NF/Abdullah Alawi)