Guruku Orang-orang dari Pesantren
NU Online Ā· Sabtu, 25 Agustus 2012 | 08:54 WIB
Judul di atas merupakan otobiografi KH Saifuddin Zuhri. Buku setebal 383 halaman ini kali pertama diterbitkan oleh Penerbit Al-Maāarif Bandung, pada tahun 1974. Lalu diterbitkan kembali oleh LKiS Jogjakarta pada 2001.Ā
<>
Guruku Orang-orang dari Pesantren menceritakan perjalanan hidup KH. Saifuddin Zuhri, mulai periode awal pendidikannya di sekitar akhir dekade 1920-an, sampai sekitar tahun 1955, ketika ia telah menjadi salah satu tokoh NU.Ā
Buku ini dibagi menjadi 10 bab, yakni: āDi Ambang Pintu Pesantrenā, āMadrasahku cuma Langgarā, āTokoh-tokoh Pengabdi tanpa Pamrihā, Apresiasi terhadap Rasa Seniā, āMemasuki Persiapan Pengabdianā, Masih Belajar Lagi sebelum Terjun ke Medan Pengabdianā, āMenjadi Guruā, āTamatnya Zaman Penjajahanā, Di Bawah Penjajahan Seumur Jagungā, dan āMerdeka Berarti 1000 Perjuanganā.
Menurut Kiai Saifuddin, ide penulisan Guruku Orang-orang dari Pesantren bermula ketika Asrul Sani memberi saran untuk menulis novel tentang kehidupan pesantren. Lantaran merasa tak punya kemampuan menulis novel, KH. Saifuddin Zuhri memutuskan menulis kisah-kisah para guru yang melatarbelakangi perjalanan hidupnya.Ā
Kenyataannya, otobiografi ini berkisah dengan lancar seperti sebuah novel.Buku ini diawali dengan gambaran khas kehidupan pedesaan, dengan segala tradisi dan nuansa kental keagamaan.Ā
Sejak kecil Kiai Saifuddin berkesempatan mencecap dua dunia pendidikan berbeda. Yang pertama sekolah ongko loro yang merupakan sekolah umum, serta madrasah yang berkonsentrasi pada ilmu agama. Ia juga terlibat dalam organisasi pemuda NU, Ansor.Ā
Jelang proses kemerdekaan Indonesia, menteri agama era Bung Karno ini kian terlibat dalam aktivitas perjuangan, jurnalisme, dan tugas-tugas keorganisasian di tingkat nasional.Ā
Dalam buku ini banyak diuraikan nilai-nilai moral yang dipelajari KH Saifuddin Zuhri selama berinteraksi dengan tokoh-tokoh yang dianggap gurunya.Ā
Di luar itu, salah satu nilai terpenting Guruku Orang-orang dari Pesantren adalah catatan tentang peran besar komunitas pesantren dan nahdliyin dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, serta periode sesudahnya. Catatan ini sulit ditemui dalam buku-buku teks sejarah versi Orde Baru.Ā
Ketika proses tumbuhnya nasionalisme Indonesia pasca Sumpah Pemuda 1928, misalnya, penulis menceritakan bagaimana KH Hasyim Asyāari dan KH Wahab Chasbullah menyebar pesan ke dunia pesantren untuk ikut serta dalam gelombang ini.Ā
Demikian pula ketika masa Revolusi Fisik terjadi. Para pemuda kalangan pesantren mengorganisasi diri dalam laskar-laskar seperti Hizbullah dan Sabilillah untuk terlibat langsung dalam pertempuran melawan penjajah. Bahkan kala itu pesantren menjadi tempat penyebaran paham nasionalisme dan antipenjajahan, serta wadah pelatihan militer bagi para pemuda.Ā
Selain itu, KH Syaifuddin Zuhri juga mendokumentasi banyak nama tokoh NU yang terlibat dalam perjuangan fisik. (Ahmad Makki)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
3
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
4
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
5
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
6
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
Terkini
Lihat Semua