Nasional

Gus Aab Uraikan Sejarah Lahirnya Aswaja di Rapimnas Muslimat NU

Sab, 25 Maret 2017 | 23:36 WIB

Gus Aab Uraikan Sejarah Lahirnya Aswaja di Rapimnas Muslimat NU

KH Abdullah Syamsul Arifin.

Bogor, NU Online
Pemahaman Ahlussunnah wal Jamaah harus terus disampaikan. Kali ini, para kader Muslimat NU dalam kegiatan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) mendapatkan materi tentang Ahlussunah wal Jamaah, Perspektif Theologi, Amaliyah dan Tradisi di Hotel Lor-in, Sentul, Bogor Sabtu (25/03) malam.

KH Abdullah Syamsul Arifin atau yang akrab disapa Gus Aab, Ketua PCNU Jember sebagai narasumber memaparkan sedikit model pemimpinan dalam Islam. 

“Saya akan sedikit menyinggung sejarah lahirnya Ahlussunnah wal Jamaah sedangkan amaliyah dan tradisi, silahkan baca sendiri, kalau dijelaskan semua butuh waktu tiga sampai empat hari,” kata Gus Aab.

Dewan Pakar Aswaja NU Center PWNU Jatim ini menceritakan awal mula model kepemimpinan Islam. Setelah Rasulullah SAW wafat para sahabat kebingungan memilih siapa yang layak menjadi kholifah. Perdebatan terjadi di antara sahabat Ansor dan Muhajirin di Saqifah bani Sa’idah. 

“Model pemilihan pemimpin pertama di Islam adalah kesepakatan. Syaiyidina Abu Bakar diangkat dan didaulat sebagai khalifah mengantikan Rasulullah SAW,” terang Gus Aab.

Kekhawatiran akan terulang di Saqifah bani Sa’idah, sebelum Syaidina Abu Bakar wafat, dengan pertimbangan pribadinya Abu Bakar melihat para sahabat yang memenuhi kriteria khalifah adalah Syaiyidina Umar bin Khattab. Lalu Abu Bakar menunjuk Umar sebagai pengantinya. 

“Menunjuk pemimpin sudah ada sejak masa kholifah,” tandas Gus Aab ini.

Dalam Islam juga ada kepemimpinan dengan model tim formatur. Syaiyidina Umar membentuk tujuh orang sebagai tim formatur untuk memilih pemimpin. Di antaranya Syaidina Ustman dan Syaidina Ali, 

Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, dan Saad bin Abi Waqash, dan untuk menghindari hal-hal chaos dalam pemilihan, Umar kemudian mengangkat anaknya, Abdullah bin Umar,  

Lahirnya Ahlussunnah wal Jamaah setelah fitnah kubro terjadi pada masa Saiyidina Ali hingga timbul perpecahan umat Islam waktu kala itu. Puncak perpecahan umat Islam setelah terbunuhnya Saiyidina Ali. (Rof Maulana/Fathoni)