Nasional

Gus Dur dalam Pandangan Ahmad Tohari

Jum, 14 Desember 2018 | 15:30 WIB

Banyumas, NU Online
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menurut sastrawan Ahmad Tohari adalah orang yang tidak pernah merasa terhormat dibanding siapapun, Gus Dur juga orang tidak pernah merasa mulia dibanding siapapun. 

Hal itu diungkapkan Ahmad Tohari disela-sela acara kopdar ngaji Ihya' Ulumuddin bersama Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) Kamis (13/12) malam di kediamannya di Jatilawang Banyumas Jawa Tengah. "Gus Dur adalah orang yang sangat sederhana," katanya. 

Tohari lalu menceritakan, dulu saat Gus Dur masih menjabat sebagai Ketua Umum PBNU, Gus Dur pernah beberapa kali mengunjungi kediamannya di Jatilawang. 

"Saat di sini, Gus Dur tidurnya di lantai dan hanya beralaskan tikar atau karpet," lanjut Tohari. 

Saat itu, lanjut Tohari. Gus Dur datang ke rumah sekitar Senin sore dan pulang hari Rabu pagi. Selama tiga hari itu, Gus Dur hanya mengenakan 1 pakaian saja, tidak ganti. "Mobil yang ia pakai pun hanya mobil yang murahan," tambahnya. 

Penulis ronggeng dukuh paruk itu kemudian menjelaskan saat ini kita sedang mengalami hidup di zaman distrupsi dan kitab Ihya Ulumuddin merupakan solusi untuk menjawab persoalan tersebut. 

Ihya Ulumuddin, seperti hanya artinya adalah menghidupkan ilmu ilmu agama. Ilmu agama jika ditinjau dari sisi kebudayaan menurut Ahmad Tohari adalah suatu ilmu yang berusaha menyeimbangkan antara akherat dan dunia. 

"Memgutamakan kebaikan kehidupan akhirat, namun tidak meninggalkan hak-hak kehidupan di dunia," katanya. 

Masihkah kita seimbang dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Tohari lalu menjelaskan, jika ego manusia semakin berkembang maka kesadaran ketuhanan akan semakin terdesak. 

"Hidup itu bukan hanya soal urusan perut. Tapi soal kejujuran,  soal pengabdian dan kasih sayang derajatnya lebih tinggi dari pada semua itu," tegas Budayawan asal Banyumas itu. (Kifayatul Ahyar/Muiz