Nasional

Gus Dur Keliling Dunia untuk Cegah Kemerdekaan Aceh dan Papua

Kam, 24 Januari 2019 | 13:35 WIB

Jakarta, NU Online
Salah satu hal yang cukup kontroversi selama pemerintahan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah Gus Dur dianggap presiden yang suka jalan-jalan ke luar negeri. Gus Dur bepergian ke luar negeri empat kali dalam satu bulan. Karena itulah tak sedikit orang yang menyebut Gus Dur menggunakan aji mumpung; jalan-jalan ke luar negeri mumpung jadi presiden. 
 
Namun Ahmad Suaedy, penulis buku ‘Gus Dur, Islam Nusantara, dan Kewargaan Bineka’ menjelaskan bahwa yang dilakukan Gus Dur dengan mengunjungi sejumlah negara lain adalah bentuk konsolidasi internasional yang salah satu tujuannya adalah untuk menghambat campur tangan kepentingan luar negeri pada gejolak politik yang terjadi di tanah air, terutama pada gerakan kemerdekaan di Aceh dan Papua. 

Pasalnya, menurut Sueady terdapat sejumlah kepentingan di luar negeri yang hendak membiayai gerakan pemberontakan di dalam negeri kala itu. "Gus Dur (pergi) ke luar negeri itu, mencoba menyelesaikan konflik dengan cara damai, dengan cara menahan supaya tidak ada dukungan dari luar. Tapi di dalam negeri, mereka (kelompok separatis) dibebaskan untuk bicara," terang Suaedy saat diskusi bukunya di Griya Gus Dur, Jalan Taman Amir Hamzah, Pegangsaan, Jakarta, Rabu (23/1).
 
Selain guna mencegah dukungan kemerdekaan pada dua wilayah itu, Gus Dur juga melibatkan dunia internasional untuk menetralisir keterlibatan institusi negara.
 
Sementara itu, Manuel Kaisiepo, Menteri Kabinet Gus Dur, menyampaikan bahwa dunia diplomasi memiliki prosedur tetap (protap) tersendiri yang sering dilewati oleh Gus Dur. "Seluruh gerak dinamika dalam dunia diplomasi itu ikut aturan. Gus Dur menabrak semua aturan itu," katanya.
 
Sebab, dengan cara non-konvensional itulah yang menjadi jalan penyelesaian konflik di wilayah paling barat dan paling timur Indonesia itu. "Seandainya tidak menabrak protap itu, pasti tidak akan selesai," kata Manuel.
 
Lebih lanjut, Manuel juga menceritakan bahwa Gus Dur mengontak rekanannya di Swedia untuk menemui kelompok separatis Indonesia yang sedang berada di sana. Namun pertemuan tersebut, bagi Gus Dur, bukan pertemuan antara pimpinan kepala negara dan kelompok separatis tapi Gus Dur menerjemahkan pertemuan tersebut sebagai pertemuan dengan ‘saudara sebangsa’. "Saya bertemu saudara-saudara saya di Swedia," katanya mengutip Gus Dur.

Selain Ahmad Suaedy dan Manuel Kaisiepo, diskusi ini juga dihadiri Guru Besar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Riswanto. Kegiatan ini juga diikuti oleh sekitar 30 orang dari berbagai kalangan. (Syakir NF/Ahmad Rozali)