Gus Mus: Aneh! Ada yang Berpendapat, Sesat Disikat
NU Online · Senin, 3 Desember 2012 | 06:14 WIB
Sleman, NU Online
Kehadiran KH Mustofa Bisri sebagai muballigh dalam acara Tabligh Akbar dan Istighotsah, Ahad (1/12), berhasil menyedot sebanyak 800 mahasiswa dan warga setempat untuk memadati gedung Multy Purpose UIN Sunan Kalijaga. <>
Pada acara yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa fakultas Dakwah kali ini, Gus Mus, begitu dia akrab disapa, banyak menyinggung tentang arti dakwah, objek dakwah, ruh dakwah serta hubungan antara dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar dengan kasih sayang.
Dalam acara yang mengusung tema “Dakwah Ku Gapai Indonesiaku Damai” ini, Gus Mus mendefinisikan dakwah sebagai sebuah ajakan. “Dakwah itu mengajak. Ada unsur merayu, ada unsur mbujuk,” paparnya.
Menurut Gus Mus, ayat tentang dakwah yang berbunyi “Ajaklah ke jalan Tuhanmu” dan sekilas tampak tak ber-maf’ul bih (objek, red.), sejatinya memiliki objek yang sangat jelas.
“Kalau diperhatikan, memang ini tidak ada maf’ul bih-nya. Tapi sebenarnya ini sudah jelas. Orang yang diajak adalah orang yang belum ‘di jalan Tuhanmu’,” ungkapnya seraya menyayangkan realita banyaknya orang yang menganggap bahwa orang yang sesat harus disikat.
“Anehnya sekarang ini, ada orang yang berpendapat yang sesat disikat. Lalu sasaran dakwah ini siapa? Atau, ayat ini dikemanakan? Di-busek (hapus, red.)? Atau (mereka) tidak mudeng (paham, red.) al-Qur’an?!” sesalnya.
Gus Mus juga menjelaskan bahwa yang melakukan dakwah pertama kali adalah Rasulullah. Sebab Rasullah yang pertama kali melaksanakan perintah-perintah Allah. “Jadi kanjeng Rasul tidak kesulitan mencari contoh. Beliau langsung bisa mencontohkan dirinya sendiri. (seperti dalam hadits) shallu kamaa raaitumuuni ushallii,” ungkapnya.
Terkait dengan perbedaan dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar, Gus Mus menjelaskan bahwa dakwah diperuntukkan bagi mereka yang belum ‘di jalan Tuhanmu’. Sedangkan amar ma’ruf nahi munkar dilakukan kepada mereka yang sudah menempuh ‘jalan Tuhanmu’.
Korelasi antara dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar dengan kasih sayang juga tak luput dari sorotan Gus Mus. Begitu juga dengan realitas yang menunjukkan adanya krisis ruhud dakwah.
Sebagai penutup, kyai yang juga seorang penyair ini diminta oleh audiens untuk membacakan bait-bait puisinya. Selama kurang lebih lima menit puisi dibacakan, suasana terasa hening dan syahdu.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor : Nur Hasanatul Hafshaniyah
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Inilah Obat bagi Jiwa yang Hampa dan Kering
2
Khutbah Jumat: Bahaya Tamak dan Keutamaan Mensyukuri Nikmat
3
Khutbah Jumat: Belajar dari Pohon Kurma dan Kelapa untuk Jadi Muslim Kuat dan Bermanfaat
4
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
5
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
6
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
Terkini
Lihat Semua