Nasional MUNAS-KONBES NU 2019

Gus Ulil: Rasionalitas dan Spiritualitas Tak Bisa Dipisahkan

Kam, 28 Februari 2019 | 05:00 WIB

Gus Ulil: Rasionalitas dan Spiritualitas Tak Bisa Dipisahkan

Gus Ulil (kanan) di Kota Banjar

Kota Banjar, NU Online
Ada dua cara untuk melihat diri manusia. Pertama, seperti digambarkan dalam ilmu mantiq (logika), manusia digambarkan sebagai hayawanun natiq (hewan yang berpikir). Karena berpikir maka manusia bernalar. Bernalar untuk mencari rasionalitas dari persoalan yang dihadapi.

Kedua, manusia mamiliki kecenderungan untuk mengenal dirinya sendiri seperti digambarkan dalam hadits man arafa nafsahu, arafa rabbahu (siapa yang mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhannya). Jadi manusia berusaha memahami dirinya melalui jalan tasawuf sebagai jalan untuk menuju Tuhannya.

Demikian diuraikan Ulil Abshar Abdalla saat menjadi narasumber dalam Diskusi Publik dan Bedah Buku di aula kampus STAIMA, kompleks Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Citalongko, Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu (26/2) malam.

Menurutnya, dua hal tersebut tidak bisa dipisahkan dalam diri manusia. Manusia adalah makhluk rasional di satu sisi, dan di sisi lain juga tidak bisa meninggalkan sisi rohaniahnya, sebagai perwujudan kecenderungan manusia melihat dirinya untuk mengenal Tuhannya. "Dalam istilah buku saya, manusia rohani,” katanya.

Gus Ulil, sapaan akrabnya menambahkan, pendekatan liberal rasional itu penting untuk ‘menguji’ kemampuan nalar manusia dalam mencari jawaban sesuatu yang masih dianggap absurd. Untuk kepentingan ini, manusia menggunakan seperangkat ilmu seperti sosiologi, hukum, politik dan sebagainya. Namun menggunakan nalar saja, tidak cukup. Sebab ada hal-hal yang harus ditempuh dengan menggunakan dimensi rohani atau spritual untuk menjawab suatu persoalan.

“Karena itu, rasionalitas dan spiritualitas adalah jalan yang saling terhubung dan tidak bisa dipisahkan. Itulah kenapa dulu saya dikesankan liberal, tapi sekarang lain (tidak liberal),” terang Gus Ulil menjawab pertanyaan seorang peserta. (Aryudi AR)