Nasional

Gus Yahya: Jadi Pengurus NU Itu Seperti Ziarah ke Makam Wali

Sel, 19 Maret 2019 | 12:00 WIB

Gus Yahya: Jadi Pengurus NU Itu Seperti Ziarah ke Makam Wali

Katib 'Aam PBNU KH. Yahya Cholil Staquf

Denpasar, NU Online
Katib 'Aam PBNU KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengingatkan para pengurus NU, Badan Otonom, dan Lembaga NU untuk tidak pernah berpikiran untuk memperbaiki NU, apalagi ingin membesarkan NU. Karena menurut Gus Yahya, NU ini sudah besar dan tidak perlu merasa lebih hebat dari NU.

Hal ini disampaikannya pada acara Dialog Kebangsaan dalam rangka Hari Lahir (Harlah) ke-85 Gerakan Pemuda Ansor di Gedung PWNU Bali, Senin (18/3).


Foto: Hari Lahir (Harlah) ke-85 Gerakan Pemuda Ansor di Gedung PWNU Bali, Senin (18/3)

Gus Yahya mengibaratkan menjadi pengurus NU itu seperti kita berziarah ke makam para wali. Seseorang yang berziarah semisal ke makam Sunan Ampel pada hakikatnya adalah tabarukan (mencari berkah) dan bukan berarti menolong Sunan Ampel.

"Bukan berarti kita merasa lebih mulia dari Sunan Ampel, hakikat mendoakan orang shaleh adalah ngalap barakah (mendapat berkah)," tegas Gus Yahya.

Berkhidmah di NU, menurut Gus Yahya, merupakan kesempatan untuk tabarukan bersama Ulama. Maka sudah semestinya berada di NU harus bersyukur, dan menjalakan apa yang sudah digariskan oleh NU.

"Pengurus NU itu harus ngerti maqom (posisi), jadi pengurus itu bukan berarti mengendalikan NU, bukan pula punya pikiran mau memperbaiki NU, apalagi berpikir mau menyelamatkan NU, kayak dia sudah selamat aja," ungkapnya. 

Salah satu bukti bahwa NU memang besar menurut Gus Yahya adalah ketertarikan dunia internasional untuk bekerjasama dengan NU, terutama dalam upaya menjaga perdamaian dan penyelesaian berbagai konflik di dunia.

"Kita melihat dunia sedang membutuhkan NU, mau tidak mau NU harus berbuat sesuatu untuk dunia," pungkasnya dihadapan sekitar 200 kader NU Bali yang hadir. (Abraham Iboy/Muhammad Faizin)