Nasional

Gus Yahya Prediksi Ideologi Akan Jadi Mustahil Akibat Kompleksitas Dinamika Sosial

Sab, 2 Desember 2023 | 07:00 WIB

Gus Yahya Prediksi Ideologi Akan Jadi Mustahil Akibat Kompleksitas Dinamika Sosial

Gus Yahya alam pembukaan Muktamar Pemikiran NU di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, pada Jumat (1/12/2023) malam. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf memprediksi bahwa ideologi akan menjadi sesuatu yang mustahil akibat kompleksitas dinamika sosial saat ini. 


Menurut Gus Yahya, kompleksitas masyarakat menjadi tantangan besar dalam merumuskan ideologi di masa depan. Penyebabnya karena beragam faktor, mulai dari diskrepansi atau ketidaksesuaian antarsegmen masyarakat hingga spektrum yang belum terhitung secara keseluruhan.


“Faktor-faktor yang terlibat di dalam dinamika itu menjadi kompleks, luar biasa kompleks, maka menurut saya ini mengakibatkan kemustahilan ideologi,” ujarnya dalam pembukaan Muktamar Pemikiran NU di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, pada Jumat (1/12/2023) malam.


Ia menyebut bahwa ideologi sering kali memunculkan tafsir tunggal terhadap realitas yang ada. Namun dalam kompleksitas yang ada saat ini, untuk mengatur realitas ke dalam konstruksi yang diinginkan oleh ideologi akan menjadi suatu hal yang sulit, bahkan mustahil dilakukan.


"Ideologi selalu mengasumsikan klaim atas tafsir tunggal terhadap realitas. Bagaimana kita bisa membuat makna tunggal dari realitas yang sedemikian kompleks? Bagaimana kita bisa mengatur realitas ini ke dalam konstruksi yang kita inginkan? Itu sulit sekali, menurut saya mustahil," tegas Gus Yahya.


Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa gagasan untuk menciptakan satu kebudayaan atau arah menuju kebudayaan masa depan merupakan bagian dari ideologi. Namun, ideologi semacam komunisme atau islamisme, menurutnya, menjadi tidak mungkin diterapkan saat ini.


"Maka, saya kira paling jauh yang bisa kita pikirkan adalah prinsip-prinsip. Kapan hari saya bicara di UGM, sekarang Pancasila misalnya, kita tidak bisa lagi berpretensi menjadikan Pancasila itu sebagai ideologi, karena kemustahilan tadi. Lalu kita jadikan apa? Jadikan kembali sebagai  prinsip-prinsip, bahwa realitas apapun yang kita hadapi ke depan nanti yang penting prinsipnya,” jelasnya.


Hal serupa juga pernah diungkapkan Gus Yahya saat mengisi Seminar Nasional dalam rangkaian Kongres IX Ikatan Sosiologi Indonesia di University Club Hotel UGM Yogyakarta, Sabtu (26/8/2023), Menurutnya, ideologi menjadi semakin mustahil di tengah-tengah konteks realitas digital ini.


Ia menjelaskan dunia menjadi tanpa batas, sehingga masyarakat global mengarah kepada perwujudan satu peradaban global tunggal yang saling bercampur aduk dari semua elemen yang ada. Ukurannya besar sekali. Sementara ideologi selalu membawa asumsi untuk membentuk dunia ini seperti yang dirumuskan oleh ideologi itu sendiri.


“Jadi ideologi itu punya eskatologi, dan eskatologi itu pengandaian tentang dunia yang hendak diciptakan melalui ideologi itu sendiri," ungkapnya.