Afina Izzati
Kontributor
Jakarta, NU Online
Habib Rifqi bin Umar al Aidid menuturkan bahwa dalam membaca shalawat Nabi tidak membutuhkan ijazah. Karena sesungguhnya ijazah dibutuhkan agar seseorang memiliki silsilah sanad. Adanya ijazah ilmu dan ijazah amalan adalah untuk mengetahui siapa guru-gurunya.
“Dalam hal shalawat cukup diistiqamahkan dan menjadikan shalawat sebagai aspek kehidupan sehari-hari. Jadikan kita tidak bisa hidup tanpa bershalawat, sehingga tidak ada hari-hari yang terlewatkan tanpa bershalawat kepada Nabi Muhammad saw, meskipun hanya dengan 10x bacaan saja dalam sehari,” ujarnya dalam tayangan YouTube NU Online, Rabu (12/10/2022).
Menurut Habib Rifqi, shalawat bisa dibaca hanya dengan duduk meskipun sembari bersekolah atau pun dengan kesibukan lainnya. Sesibuk-sibuknya seseorang akan tetap memiliki waktu kosong yang dapat diisi dengan hal-hal bermanfaat. Contohnya bershalawat kepada Nabi Muhammad saw.
“Rasulullah bersabda, bahwa siapa yang paling banyak membaca shalawat maka kedudukan di akhiratnya akan bersama Nabi Muhammad saw. Hal tersebut menjadi pencapaian terbesar dalam setiap hidup seorang Muslim,” tuturnya.
Baca Juga
Sejarah dan Asal Muasal Shalawat Nabi
“Bagaimana kalau kita sedikit membaca shalawat kemudian tidak diakui umatnya, padahal cinta Nabi Muhammad saw sangat luar biasa kepada umatnya. Tapi pernahkah kita berpikir dan takut tidak diakui sebagai umat Nabi? Kira-kira Nabi mengenal kita atau tidak? Bagaimana kalau kita berada di surga tapi tidak bisa melihat Nabi Muhammad saw,” sambungnya.
Habib Rifqi menambahkan nikmat melihat Nabi Muhammad saw mengalahkan segala nikmat yang ada. Allah swt memberikan nikmat untuk dapat melihat Nabi di dunia melalui mimpi sehingga semua orang memiliki kesempatan yang sama.
“Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak menginginkan. Jika ingin mendapatkan kemuliaan berkumpul dengan Nabi di surga atau pun bermimpi bertemu Nabi maka langkahnya dengan membaca shalawat,” tuturnya.
Habib Rifqi mengungkapkan, cinta kepada Nabi yang tidak hanya di mulut saja dapat diwujudkan dengan beristiqamah membaca shalawat, ingin mengetahui kehidupan Nabi, akhlak Nabi dan sejarah lainnya tentang Nabi.
“Di akhir zaman ini berlomba-lombalah membaca shalawat. Kita tunjukkan bahwa kita adalah umat Nabi yang bersyukur dijadikan sebagai umatnya. Karena sebaik-baik umat adalah umat Nabi Muhammad saw. Perlu juga mengenalkan kepada anak-anak dan keluarga kita siapa Nabi Muhammad, serta mengidolakan beliau,” pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Pertemuan KH Hasyim Muzadi dengan Komandan Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah
2
Kisah Imam Ghazali Berguru kepada Tukang Sol Sepatu
3
Masyarakat Muslim, Normalisasi Israel, dan Penjajahan Palestina
4
Presiden Prancis Serukan Penghentian Pengiriman Senjata ke Israel, Begini Respons Netanyahu
5
Berdayakan Ekonomi Masyarakat Kelas Bawah, LAZISNU Cilacap Gelar Pelatihan Pembuatan Tas Anyaman
6
Cara Mengingatkan Anak yang Berisik ketika Khutbah Jumat
Terkini
Lihat Semua