Nasional

Habib Umar bin Hafidz: Hakikat Ilmu Bersihnya Hati

Rab, 5 September 2018 | 17:03 WIB

Jakarta, NU Online
Memburu ilmu merupakan kewajiban bagi segenap manusia. Tetapi, mendapat pengetahuan bukanlah tujuan utama. Pasalnya, jika sekadar ilmu, Iblis jauh lebih berilmu. Ia mampu menjelaskan syariat para Nabi secara detail.

Habib Umar bin Hafidz menyampaikan bahwa hakikat ilmu itu bersihnya hati. Hal itu ia sampaikan saat telekonferensi pengajian kitab Adabul Alim wal Muta'allim karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari pada Rabu (5/9) di Gedung PBNU lantai 8, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta.

Pengasuh Pondok Darul Mustofa, Tarim, Hadramaut, Yaman itu menyampaikan bahwa ada tiga cara membersihkan hati. Pertama, katanya, harus banyak riyadloh, yakni mendekatkan diri kepada Allah.

Kedua, husnun niyat, memperbaiki niat. Menuntut ilmu, menurutnya, harus karena Allah swt. Sebab, ilmu tidak dapat dibandingkan dengan apapun. Jika tidak diniatkan karena Allah, maka ia akan mendapat azab.

"Azab terbesar mendapat hijab dari ilmunya," katanya.

Terlebih terdapat hadis yang menyatakan bahwa menuntut ilmu bukan karena Allah, tidak bakal mencium bau sorga. Ada lagi hadis yang menegaskan bahwa jika niat mencari ilmu tidak karena Allah, berhak baginya neraka.

"Maka wajib memperbaiki niat kita," tegasnya.

Selain didasarkan karena Allah, niat belajar juga untuk mengamalkan dan mengajarkannya ke orang lain.

Di samping itu, untuk kebersihan hati perlu menyegerakan belajar dengan menggunakan waktunya sebaik mungkin tanpa menunda kesempatan.

"Jangan sampai membuat hal-hal yang dapat mengganggu dirinya" tegasnya, "harus fokus," imbuhnya. (Syakir NF/Abdullah Alawi)