Nasional

Hadapi Bonus Demografi, Anak Muda Harus Unggul dan Kritis

Rab, 23 Oktober 2019 | 14:30 WIB

Hadapi Bonus Demografi, Anak Muda Harus Unggul dan Kritis

Talk Show di Hotel Max One, Kramat Raya, Jakarta Pusat. (Foto: NU Online/Abdul Rahman Ahdori)

Jakarta, NU Online
Kelompok anak muda yang berusia produktif menjadi perhatian sejumlah kalangan. Di antara pihak yang mulai mengemukakan gagasannya adalah dosen Fakultas Ilmu Bisnis (FIB) Universitas Indonesia (UI), Maria Mantik. 
 
Menurutnya, hal tersebut tentu menjadi masalah yang perlu mulai dijadikan isu utama kaitannya dengan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia. 
Apalagi kata dia, tahun 2020-2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi dimana penduduk usia 15-64 tahun menjadi penduduk dengan jumlah terbesar. 
 
“Agar benar-benar menguntungkan untuk negara, anak muda harus unggul dengan memiliki pengetahuan yang mumpuni,” katanya, Rabu (23/10).  
 
Dalam pandangan Maria Mantik, pada 2020-2030 usia 15-64 tahun di Indonesia akan mencapai 70 persen, sedangkan 30 persen adalah penduduk dengan usia non-produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun). 
 
Kemudian, jika dilihat dari jumlahnya penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara penduduk non-produktif hanya 60 juta. Hal itu tentu akan menjadi kekuatan sosial-ekonomi bagi Indonesia. 
 
“Selain itu, seperti yang kita lihat generasi milennial saat ini sedang trending dimana generasi milenial senantiasa dituntut harus siap menjadi garda paling depan membela negara Indonesia,” kata Maria Mantiq pada Talk Show di Hotel Max One, Kramat Raya, Jakarta Pusat. 
 
Merespons berbagai masalah yang akan terjadi tersebut, menurut Maria Mantiq harus ada kemauan milenial ikut serta membangun bangsa dengan terus menyentuh kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai masih keliru. Paling penting, ujar dia, milenial harus muncul ke publik tentu dengan pengetahuan yang memadai terkait berbagai persoalan. 
 
“Diharapkan dapat menyalurkan aspirasi pendapat dalam forum-forum ilmiah yang bersifat sersan (serius tapi santai), tidak melakukan hal-hal yang merusak, dan diharapkan memiliki wadah untuk mengekspresikan diri bukan dengan demo tetapi melalui forum-forum yang membangun,” ungkapnya. 
 
Sementara itu pengurus Asosiasi Advoat Muda Indonesia, Erfandi mengatakan selain harus memiliki pengetahuan yang mumpuni, milenial harus memiliki ideologi utamanya ideologi yang kuat. Ideologi itu katanya harus sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama yang sesuai. Artinya, tidak bertentangan dengan hukum dan ketentuan di masyarakat.  
 
“Apalagi idelogi kita seolah sudah keluar dari jiwanya, dimana saat ini Pancasila sudah mulai digerogoti oleh paham-paham luar,” tandasnya. 
 
 
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Ibnu Nawawi