Nasional

Haul Syekh Yasin dan Kiai Hamid, JQHNU dan Para Murid Gelar 1000 Khataman

Sab, 13 Oktober 2018 | 11:45 WIB

Jakarta, NU Online
Keluarga besar Pesantren Al-Khalidin dan Jamiyyatul Qurra wal Huffadh Nahdlatul Ulama (JQH NU) DKI Jakarta mengadakan khataman Al-Qur’an yang tersebar di seribu majelis di Jakarta. Khataman ini diadakan dalam rangka memperingati haul Ke-29 Syekh M Yasin bin M Isa Al-Fadani Al-Makki dan haul Ke-16 KH Abdul Hamid Abdul Halim Ad-Dari.

Menurut Ketua JQH NU DKI Jakarta KH Ahmad Zarkasyi, dalam peringatan haul ini panitia tidak menyiapkan agenda secara spesifik.

“Tidak ada agenda yang spesifik. Kita hanya ingin mengenang jasa Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani  sebagai musnid dunia, dan KH Abdul Hamid sebagai salah satu kiai kharismatik yang mewarisi keilmuan dari guru-gurunya terutama dari Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani,” kata Kiai Zarkasyi kepada NU Online, Sabtu (13/10) siang.

Peringatan haul ini diadakan di Masjid Al-Amjad, Kompleks Pesantren Al-Kholidin, Jalan Iskandarsyah Blok O, Cipete Utara, Jakarta Selatan, Sabtu (13/10) malam. Peringatan haul ini rencananya akan dihadiri oleh KH Sayyid Aqil Husein Al-Munawwar, KH Dimyathi Rais, dan Abuya Muhtadi.

Kiai Zarkasyi menceritakan bahwa KH Abdul Hamid adalah murid kesayangan Syekh Yasin. Selain Kiai Hamid, anak pertamanya KH Muhammad Zakwan juga dititipkan dan belajar langsung dengan Syekh Yasin. Jadi, bapak dan anak sama-sama belajar kepada Syekh Muhammad Yasin.

Kiai Abdul Hamid adalah murid yang merutinkan membuat peringatan haul Syekh Yasin dari pertama hingga sekarang. Sepeninggal Kiai Abdul Hamid tongkat estafet dilanjutkan oleh KH M Zakwan. Sementara putra ketiga Kiai Abdul Hamid yaitu KH Abdul Karim memimpin Pesantren Darul Kholidin Jampang, Bogor.

“Pada haul tahun ini, murid-murid dari Kiai Abdul Hamid dan JQH NU DKI membuat khataman dan semaan Al-Qur'an 1000 kali hataman (1000 majelis),” kata Kiai Zarkasyi.

Syekh Yasin dilahirkan di Makkah pada 1335 H atau 1916-1917 M. Ia menempuh pendidikan formal di Madrasah Shaulathiyyah Al-Hindiyyah dan menyempurnakannya di Madrasah Darul Ulum. Selebihnya ia berguru kepada para masyayikh di Mekkah.

Syekh M Yasin pernah berguru antara lain kepada Syekh Umar Hamdan Al-Mahrasi, Syekh M Ali bin Husein Al-Maliki, Syekh Umar Bajuneid, Syekh Said bin M Al-Yamani, Syekh Hasan Al-Yamani, Syekh Muhsin bin Ali Al-Musawa, Syekh Abdullah M Ghozi Al-Makki, Syekh Ibrahim bin Daud Al-Goththoni Al-Makki, Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki, Sayyid M bin Umayyah Al-Kutbi Al-Makki, Allamah Khalifah bin Hamd An-Nabhani Al-Makki, Ubaidillah As-Sanadi, dan banyak guru lainnya.

Karyanya berjumlah lebih dari 60 buah. Sebagian telah dicetak. Sebagian masih berupa manuskrip. Karyanya yang telah dicetak adalah Syarah Abu Dawud, Syarah Bulughul Maram, Syarah Al-Luma’, Syarah Lubbul Ushul, Syarah Al-Asybah wan Nazha’ir, dan banyak lagi lainnya.

Orang-orang Indonesia ketika mukim di Makkah banyak yang berguru kepada Syekh M Yasin bin M Isa Al-Fadani. Syekh Yasin sering berkunjung ke Indonesia untuk menjenguk murid-muridnya, salah satunya alm KH Abdul Hamid Prapanca.

Syekh M Yasin dikenal sebagai musnidud dunia karena memegang banyak ijazah amalan dan kitab hingga ke penulisnya. Ia sering mengijazahkan banyak kitab kepada murid-muridnya pada peringatan-peringatan keagamaan atau pertemuan-pertemuan secara pribadi.

Syekh M Yasin Al-Fadani mendapat tempat khusus di hati para kiai asal Indonesia karena keilmuan dan kemurahan hatinya. Syekh Yasin Al-Fadani wafat di Makkah pada malam Jumat, 28 Dzulhijjah 1410 H atau 20 Juli 1990 M. Syekh Yasin dimakamkan setelah shalat Jumat dan dimakamkan di pemakaman Ma’la di Makkah. (Alhafiz K)