Nasional HAJI 2023

Hikmah Wukuf menurut Katib Syuriyah PBNU

Rab, 28 Juni 2023 | 17:30 WIB

Hikmah Wukuf menurut Katib Syuriyah PBNU

Katib Syuriyah PBNU KH Muhyiddin Thohir saat menyampaikan Khutbah wukuf. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online 
Saat ini jamaah haji sedang melaksanakan rangkaian puncak haji 1444 H di Tanah Suci Makkah. Dari rangkaian tersebut wukuf di Padang Arafah menjadi inti dari ibadah haji. Dalam wukuf, semua jamaah haji wajib menghadirkan fisiknya di Padang Arafah pada 9 Dzulhijjah.


Selain sebagai bentuk ibadah, wukuf juga memiliki makna dan hikmah mendalam bagi perjalanan spiritual umat Islam. Di antaranya adalah bentuk kepasrahan dan kesamarataan manusia di hadapan Allah swt.


“Wukuf memiliki makna berhenti. Ini merupakan lambang bahwa pada satu titik kehidupan, manusia harus berhenti untuk melakukan muhasabah, perenungan, evaluasi, mendekatkan diri dan melambungkan jiwa serta nilai-nilai spiritual kepada Allah swt,” kata Katib Syuriyah PBNU KH Muhyiddin Thahir dalam Khutbah Wukufnya, Selasa (27/6/2023).


Wukuf menurutnya menjadi momentum bagi jamaah untuk menyadarkan diri bahwa manusia adalah makhluk yang sangat lemah di hadapan Allah swt. Manusia akan mempertanggungjawabkan segala yang telah lakukan selama di dunia ini, nanti di yaumul mahsyar.


Tidak ada kekuatan dan kesempatan bagi manusia untuk berbohong karena mulut akan ditutup, tangan akan berbicara, dan kaki akan menjadi saksi tentang apapun yang dilakukan selama di dunia.


Dalam kesempatan tersebut ia juga mengingatkan jamaah dan seluruh umat Islam tentang pakaian ihram yang dikenakan selama proses wukuf. Pakaian tersebut berwarna sama yakni putih yang melambangkan kesucian. 


“Tidak mengenal dari mana kita berasal, setinggi apa pun jabatan kita, sebanyak apa pun harta kita, apa pun warna kulit kita, semuanya mengenakan pakaian ihram putih melambangkan kembalinya manusia kepada Allah, pemilik alam semesta,” katanya dalam video khutbah yang diterima NU Online.


Semua identitas, semua jabatan, dan kekayaan lanjutnya ditanggalkan seraya menyadari bahwa semua adalah sama di hadapan Allah swt. Menyadari bahwa tidak ada yang perlu disombongkan selama hidup di dunia. Semua akan kembali kepada-Nya dengan kain putih yang membungkus. 


“Hanya amal ibadah yang akan dibawa menghadap yang Kuasa, Allah swt,” tegasnya.


Selain terkait wukuf, Kiai Muhyiddin juga mengajak jamaah untuk optimis dalam menjalani kehidupan ini. Hal ini tercermin dari proses thawaf dan sa'i yang terus bergerak menuju titik tujuan sebagaimana hidup untuk menggapai harapan dan cita-cita. 


“Semangat thawaf dan sa'i harus mampu kita wujudkan dalam setiap lini kehidupan kita sehari-hari. Semangat untuk terus menjadi hamba yang baik dalam menjalankan misi utama di dunia yakni menjadi khalifah dan menyembah Allah swt,” jelasnya.


Selain itu, lanjutnya, berkumpulnya jutaan jamaah dari berbagai negara dalam satu tempat ini memberi hikmah yang mendalam bagi jamaah. Perbedaan-perbedaan yang ada, mulai dari ras, bangsa, tradisi, dan bahasa serta perbedaan lainnya bukanlah untuk dipertentangkan. Namun semua ini bisa menyatu dalam rangka saling memahami satu sama lain.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin