Nasional

Hobi Menyimak Ceramah Kiai Said, Anak 9 Tahun Hafal Sejarah Islam

Jum, 18 Januari 2019 | 00:10 WIB

Hobi Menyimak Ceramah Kiai Said, Anak 9 Tahun Hafal Sejarah Islam

Naila Lisa Amania

Jakarta, NU Online
Senang menyimak ceramah yang disampaikan KH Said Aqil Siroj membuat Naila Lisa Amania, seorang anak usia sembilan tahun gemar dan mampu menghafal sejarah Islam. Kemampuan itu dimiliki siswa kelas empat SD asal Probolinggo Jawa Timur, berawal dari seringnya melihat rekaman video ceramah Kiai Said yang diputar ayahnya.

"Naila saya lihat senang menghafalkan sejarah-sejarah yang mirip disampaikan Kiai Said. Lalu saya belikan kitab sirah-sirah (sejarah), jadi sekarang pemahaman sejarahnya agak banyak,” kata ayah Naila, M Syakur Dewa (Gus Dewa) dalam wawancara dengan NU Online, Kamis (17/1) malam.

Soal kemampuan Naila dapat dilihat dalam video-video yang telah diunggah ke youtube dan media sosial. Dalam video Hafal Sejarah Islam, Naila mampu menjawab pertanyaan ayahnya tentang orang-orang yang dekat dengan Nabi Muhammad, seperti putra-putri Nabi Muhammad, istri-istri Nabi Muhammad, dan para sahabat terdekat yang dijamin masuk surga.

Dalam video lainnya, Hukum Menghina Presiden Indonesia Bagaimana Neng?, Naila menjawab pertanyaan ayahnya tentang bolehkah menghina Presiden Indonesia? Naila mengatakan tidak boleh karena menurut Ibnu Hajar Al Asqalani itu namanya alqa'adiyah atau memberontak secara halus.
 
Menurut Gus Dewa, proses Naila menyukai sejarah Islam tersebut berlangsung sejak setahun ini. Bocah kelahiran 22 Juli 2009 dan anak pertama dari empat bersaudara ini, terlihat nyaman dan semangat belajar.

"Anak ini cepat menghafal. Maghrib saya kasih hadits panjang, Isya sudah dilafazkan dengan lancar,” terang pengasuh Pesantren Darut Tauhid Patemon, Krejengan, Probolinggo, Jawa Timur.

Selain menghafal sejarah Islam, Naila juga seorang santri hafidz. Saat ini hafalan Naila sudah masuk tujuh juz. Kebetulan pesantren yang diasuh Gus Dewa dan istrinya, Istnainir Rohmah, berbasis sejarah dan hadits tentang amaliah NU, serta tahfdiz Qu’ran untuk santri putri.

Walaupun sibuk dengan hafalan, Naila seperti anak kecil lainnya memiliki banyak waktu untuk bermain. “Aktivitas pagi setelah Subuh Naila tahfidz ke uminya. Setelah itu sekolah SD sampai sore ikut madrasah diniyah, itu kan dengan teman-temannya juga. Malam baru banyak dengan saya belajar sejarah dan hafalan. Agak malam baru setoran hafalan Al-Qur’an ke uminya,” papar Gus Dewa.

Memiliki anak yang menyukai sejarah Islam, harapan Gus Dewa sederhana saja. Ia menuturkan dirinya ingin memberikan inspirasi bagaimana mengenalkan sejak dini tentang sejarah yang benar. Selain itu memberikan pondasi awal tentang ajaran Aswaja sejak awal agar tidak khawatir terkena virus radikalisme.

Kepekaan Naila akan pemahaman Aswaja Annahdliyah, diceritakan Gus Dewa, di antaranya saat melihat ceramah yang berkonten agak radikal akan mempertanyakan kepada ayahnya, "Kok begini, Abi? Apa ini bener?

Gus Dewa dan istrinya mendukung cita-cita Naila, yang ingin menjadi hafidzah dan ahli dalam sejarah dan hadits-hadits tentang amaliah NU. (Kendi Setiawan)