Nasional

Hubungan Erat Habib Umar bin Hafidz dengan NU

Sel, 16 Oktober 2018 | 04:15 WIB

Hubungan Erat Habib Umar bin Hafidz dengan NU

Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari (kiri) Habib Umar bin Hafidz (kanan)

Jakarta, NU Online 
NU memiliki hubungan erat dengan para dzuriyah (keturunan) Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam atau habib. Dari waktu ke waktu, sejak NU didirikan selalu ada habib duduk di kepengurusan NU baik di tingkat cabang hingga di tingkat pusat. 

Hal itu diakui kalangan habib sendiri. Habib Syarief Muhammad Al-Aydarus Bandung misalnya, pada pengantar buku Panggilan Selamat menyatakan, NU memiliki watak yang sangat menghormati dzuriyah (keturunan) Rasulullah atau para habib.  

Hingga hari ini hubungan semacam itu terus berlangsung. Misalnya NU memiliki kedekatan tersendiri dengan Habib Umar bin Hafidz, seorang ulama besar dari Yaman. Hubungan itu ditunjukkan dalam nuansa keilmuaan yaitu pengajian rutin tiap bulan melalui live streaming.

Sementara kitab yang dikaji adalah karya pendiri NU, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, yaitu kitab Adabul 'Alim wal Muta'allim. 

“Penghormatan beliau terhadap ulama Indonesia dibuktikan dengan komitmen beliau secara terus-menerus untuk membacakan kitab karya Hadratusyeikh KH Hasyim Asy’ari dalam forum live streaming bulanan dengan PBNU,” ungkap Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Hery Haryanto Azumi, Selasa (16/10). 

Menurut Sekretaris Jenderal Majelis Dzikir Hubbul Wathon ini, hal itu adalah suatu bukti nyata bahwa Indonesia menempati posisi yang sangat spesial di hati Habib Umar bin Hafidz.

Habib Umar, lanjut Hery, meyakini bahwa kebangkitan Islam akan datang dari Indonesia. Ia ingin memastikan bahwa kebangkitan itu bermakna positif dan memberikan kontribusi besar terhadap perbaikan dunia dan peradaban umat manusia. 

Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) 2005-2008 ini menambahkan, Habib Umar bin Hafidz adalah seorang ulama yang selalu mendorong agar kaum Muslimin di seluruh dunia bangkit dan berperan serta dalam memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat bangsa dan negaranya. 

“Dalam berbagai forum selama perjalanan beliau di Indonesia, para ulama, kiai, masyarakat umum bahkan tokoh-tokoh lintas agama berdatangan untuk mendengarkan nasihat-nasihatnya dan berdiskusi tentang berbagai permasalahan,” jelasnya. (Abdullah Alawi)