Nasional

Indonesia Bisa Jadi Kekuatan Ekonomi Islam Dunia dengan Merger Bank Syariah

Sab, 26 Desember 2020 | 10:30 WIB

Indonesia Bisa Jadi Kekuatan Ekonomi Islam Dunia dengan Merger Bank Syariah

Namun PBNU mendukung kebijakan ini dengan catatan dapat mengakar ekonomi mikro dan makro yang rahmatan lil alamin

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) merespons positif kebijakan pemerintah yang menggabungkan bank-bank syariah di Indonesia. Penggabungan tiga bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut dinilai PBNU dapat mewujudkan Indonesia sebagai negara dengan kekuatan ekonomi Islam dunia.


Ketua PBNU Bidang Ekonomi H Eman Suryaman menuturkan, merger bank syariah dapat menambah kekuatan perekonomian Indonesia berbasis syariah. Menurutnya, keputusan ini selaras dengan jumlah penduduk Muslim Indonesia yang menyentuh angka 229 juta jiwa atau 87,2 persen. Dia menyebut Indonesia pun dapat menjadi kekuatan ekonomi Islam dunia.


“Ini perlu ada sentuhan khusus, perlu ada sebuah konsep besar. Didesain bank syariah yang besar. Dengan adanya penggabungan ini diharapkan menjadikan Indonesia kekuatan ekonomi Islam dunia,” kata Kiai Eman, Sabtu (26/12).

 
Kiai asal Cirebon, Jawa Barat ini mendorong masyarakat agar dapat mendukung kebijakan penggabungan bank-bank syariah. Sebab, dapat mempercepat ekonomi umat melalui sentuhan program yang ramah terhadap masyarakat kecil.


Namun PBNU mendukung kebijakan ini dengan catatan dapat mengakar ekonomi mikro dan makro yang rahmatan lil alamin. Artinya, ekonomi keumatan yang mampu menyentuh tingkatan paling bawah dan memberikan kemaslahatan yang nyata untuk umat Islam Indonesia.


“Wadah ini menjadi sebuah danau besar. Dan menjadi kekuatan ekonomi di danau besar itu,” ia memberi ibarat.


Sementara Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang juga memberikan komentar terkait penggabungan Bank BRI Syariah, Bank Mandiri Syariah dan Bank BNI Syariah tersebut.


Kata dia, merger bank syariah dapat menghindari persaingan antar bank syariah. Apalagi setelah dilakukan merger, ternyata bank syariah tersebut  masuk 10 besar bank terbaik dan memiliki potensi yang menggairahkan dibandingkan dengan beberapa bank konvensional.


“Selain itu yang paling penting jangan membatasi diri dengan para konsumen,” tutur Dianta Sebayang, Kamis (24/12) lalu.


Dia meyakini jika bank syariah tersebut mempermudah akses nasabah dengan tetap mengutamakan rakyat kecil, bank tersebut akan tumbuh menjadi bank yang memiliki keuntungan yang signifikan. Sehingga bank BUMN itu dapat memperbaiki ekonomi negara.


Jajaran direksi juga menurutnya harus menghilangkan ego sektoral. Karena sikap manajerial akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang bank syariah di Indonesia.


“Jadi ini solusi tepat untuk masyarakat dengan catatan cost of money dari bank syariah lebih kecil. Biaya yang dibayar konsumen harus turun,” tuturnya.


Intinya, kata dia, bank syariah harus tetap menjadi bank yang inklusif, jangan ekslusif, misalnya hanya mengarusutamakan masyarakat elit dibandingkan masyarakat biasa. Ia mengingatkan bahwa yang menumbuhkan perekonomian negara ini adalah mereka yang tergolong kalangan menengah ke bawah.


“Jangan menjadi eksklusif, harus jadi inklusif dengan nilai-nilai syariah yang baik,” pungkas dia.


Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Muhammad Faizin