Nasional

Indonesia Tak Miliki Pengalaman Mempertentangkan antara Islam VS Sekularisme

Jum, 18 Oktober 2019 | 14:30 WIB

Indonesia Tak Miliki Pengalaman Mempertentangkan antara Islam VS Sekularisme

Ketua Lakpesdam PBNU, Rumadi Ahmad saat menjadi pembahas pada acara bedah buku karya Dosen Unusia, Ahmad Suaedy, yang berjudul 'Jokowi Periode Kedua: Agenda dan Harapan'. Kegiatan itu diselenggarakan di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (18/10). (Foto: NU Online/Husni Sahal)

Jakarta, NU Online
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU H Rumadi Ahmad mengemukakan sejumlah catatan terhadap buku berjudul Jokowi Periode Kedua: Agenda dan Harapan karya dosen Unusia Jakarta, Ahmad Suaedy.

Di antara catatan itu, ia menyatakan ketidaksetujuannya pada penulis buku yang menyatakan tentang ketidakrelevannya mempertentangkan antara ‘Islam vs sekulariseme’. Sebab menurut Rumadi, Indonesia tidak memiliki pengalaman pertentangan antara kedua kutub itu. Kalau pun ada yang mempertentangkan, kata Rumadi, hal itu bukan dari pengalaman politik di Indonesia, melainkan pengalaman dari tempat lain untuk melihat perkembangan politik di Indonesia.

“Dalam konteks politik di Indonesia tidak ada pengalaman yang mempertentangkan antara Islam vs sekularisme. Dan menurut saya, ini salah satu tesis yang menarik untuk didiskusikan berikutnya,” kata Rumadi saat menjadi pembahas pada acara Bedah Buku Jokowi Periode Kedua: Agenda dan Harapan yang diselenggarakan Lakpesdam PBNU di lantai 5, Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (19/10).

Bahkan dalam pandangannya, yang terjadi pada pilpres 2019 adalah terjadinya penguatan polarisasi ‘Islam vs Islam’, bukan Islam melawan kelompok lain. “Jadi Islam vs Islam, tidak ada Islam vs yang lain dalam konteks politik ini. Jadi yang bergemuruh itu ya kelompok Islam sendiri,” ucapnya.

Selain itu, ia juga mengemukakan ketidaksetujuannya tentang istilah yang dipakai penulis, yaitu ‘Islam post-sekuler’. Sebab, katanya menegaskan, selama ini Indonesia tidak memiliki pengalaman sebagai negara sekuler, sehingga dalam pandangannya tidak tepat dengan istilah tersebut. 

“Indonesia itu gak punya pengalaman sekularisme itu, kemudian post-nya itu kapan? Pancasila mau dikatakan jenis sekuler juga gak,” ucap akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Unusia Jakarta itu.

Selain Rumadi, bedah buku yang dimoderatori Nurun Nisa ini juga mendatangkan penulis buku Jokowi, Ahmad Suaedy, Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Asfianti. Sedianya Politikus PDI-P, Ahmad Basarah hadir menjadi pembahas pada acara ini, namun ia berhalangan hadir.

Pewarta: Husni Sahal
Editor: Abdullah Alawi