Nasional

Ini Rekam Jejak Aswandi, Ketum IPNU Terpilih

Rab, 26 Desember 2018 | 02:00 WIB

Ini Rekam Jejak Aswandi, Ketum IPNU Terpilih

Foto via @akurat.co

Jakarta, NU Online
Lahir di Sekampil Muara Bungo, Aswandi menghabiskan masa studi dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi di wilayah kelahirannya. Di usianya yang menginjak 26 tahun itu, ia terpilih sebagai Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) pada Kongres XIX IPNU di Pondok Pesantren KHAS, Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Selasa (25/12).

Bakat kepemimpinannya itu mulai terlihat ketika ia mendapat amanah sebagai ketua departemen agama OSIS Madrasah Aliyah Dharma Wanita Kota Jambi (2006-2007). Di tingkat perguruan tinggi, ia juga pernah diamanahi menjadi Ketua Departemen Ideologi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Thaha Saifuddin (2012-2013).

Pengalamannya menjadi ketua departemen di dua organisasi berbeda ini merupakan bekal penting Aswandi dalam mengasah bakat kepemimpinannya itu.

Tidak puas dengan organisasi intrakurikuler, baik di sekolah maupun di kampus, Cak As, sapaan akrabnya, juga mengabdikan diri pada organisasi lain. Dunia pelajar yang menjadi bagian dirinya sendiri dan aliran darah Nahdliyin di dalam tubuhnya mengajaknya untuk turut aktif dalam mengabdi pada IPNU.

Khidmatnya di organisasi pelajar NU ini dimulai kala menjadi Wakil Sekretaris Pimpinan Cabang IPNU Kota Jambi (2010-2012). Keaktifan santri Pondok Pesantren Sa’adatuddarein Tahtul Yaman Kota Jambi dalam mengelola organisasi ini mengantarnya menjadi Ketua Pimpinan Wilayah IPNU Jambi masa khidmat 2012-2015.

Selesai masa khidmatnya di Jambi, ia ditarik oleh Ketua Umum PP IPNU 2015-2018 untuk membersamainya di kepengurusan sebagai wakil sekretaris umum.

Gaya bicaranya yang tertata dan penuh tekanan menjadi nilai plus tersendiri bagi para pelajar. Ia mampu memikat mitra bicaranya. Tak ayal, ia terpilih secara aklamasi pada pencalonan Ketua Umum IPNU 2018-2021. Sebanyak 257 suara ia dapatkan dari 429 suara yang ada. Dengan demikian, ia sudah meraih lebih dari 50 persen suara yang berarti tidak lagi perlu dilakukan pemilihan ketua umum.

Mahasiswa program magister Universitas Jayabaya ini melihat peluang dan tantangan yang bakal dihadapi oleh para pelajar adalah adanya revolusi industri 4.0 dan Sustainable Development Goals (SDGs). Dalam kepemimpinannya ke depan, ia akan menekankan pada bidang kaderisasi sebagai pintu masuk menghadapi dua persoalan besar tersebut.

“Hal yang ingin dikembangkan, yang pertama optimalisasi kaderisasi secara merata,” ujarnya pada Selasa (25/12).

Demikian diungkapkan mengingat dalam pemaparan pandangan umum atas laporan pertanggungjawaban sebelumnya, ia mendengar kaderisasi, khususnya, di wilayah luar Jawa belum begitu maksimal dilakukan.

Selain itu, revolusi industri menuntut kemandirian individu. Ia akan melakukan hal itu melalui organisasi. “Yang kedua, kemandirian organisasi dalam segala aspek,” ujarnya. (Syakir NF/Alhafiz K)