Islam Jaya dengan Ilmu
- Senin, 3 Desember 2018 | 10:30 WIB
Jakarta, NU Online
Dulu Islam pernah mencapai zaman keemasan pada abad ke-7 sampai 13 Masehi. Pada zaman itu lahir bintang-bintang cemerlang yakni para ilmuan yang berjasa melalui sumbangsih ilmu dan penemuan.
Di antara ilmuan Islam tersebut seperti Jabir ibn Hayyan (721-815 M), Al-Fazari (w. 796/806 M), Al-Farghani (w. 870 M), Al-Kindi (801-873 M), Al-Khawarizmi (780-850 M), Al-Farabi (874-950 M), Al-Mas’udi (896-956 M), Ibn Miskawaih (932-1030 M), Ibn Sina (980-1037 M), Al-Razi (1149-1209 M), Al-Haitsami (w. 1039 M), Al-Ghazali (1058-1111 M), dan Ibn Rushd (1126-1198 M).
Mereka memberikan sumbangan yang tiada tara bagi ilmu pengetahuan dan perdaban manusia. Manfaatnya melampaui zaman, tanpa sekat agama dan bangsa. Dunia pun berterima kasih kepada Islam karena ilmu pengetahuan.
"Itulah cara membela Islam yang benar," demikian ditegaskan Sekretaris Jendral Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Muhammad Khalid Syeirazi, Senin (3/12).
Mengutip maqolah Imam Al-Ghazali dalam Tahafut al-Falasifah, tahqiq Sulaiman Dunya (Cairo: Dar al-Ma'arif, 1966), p. 80, Khalid mengungkapkan bahwa kecelakaan agama dari pembela yang tidak tahu caranya, lebih besar daripada kecelakaan agama dari pencela yang tahu caranya.
"Kini Islam hendak dibela dengan pekik takbir di jalan-jalan, mengibar-ngibarkan bendera, dengan rasa gusar dan marah. Gairah beragama tidak bergandeng tangan dengan kedalaman ilmu," lanjutnya.
Ia mengibaratkan tindakan seperti ini seperti buih air yang akan dengan mudahnya hilang dan tak memberikan manfaat.
"Jadilah buih, tidak menyisakan apa-apa selain gelembung. Apa yang akan kita wariskan ke anak cucu dari seonggok buih? Apa yang akan kita sumbangkan ke peradaban manusia dari pekik-pekik takbir, dari kerumunan massa? Kosong!," tegas Khalid melalui Facebook-nya.
Khalid menegaskan Islam akan jaya dengan ilmu pengetahuan, bukan dengan kerumunan massa.
"Itulah cara membela Islam yang benar," pungkasnya. (Red: Muhammad Faizin)
Dulu Islam pernah mencapai zaman keemasan pada abad ke-7 sampai 13 Masehi. Pada zaman itu lahir bintang-bintang cemerlang yakni para ilmuan yang berjasa melalui sumbangsih ilmu dan penemuan.
Di antara ilmuan Islam tersebut seperti Jabir ibn Hayyan (721-815 M), Al-Fazari (w. 796/806 M), Al-Farghani (w. 870 M), Al-Kindi (801-873 M), Al-Khawarizmi (780-850 M), Al-Farabi (874-950 M), Al-Mas’udi (896-956 M), Ibn Miskawaih (932-1030 M), Ibn Sina (980-1037 M), Al-Razi (1149-1209 M), Al-Haitsami (w. 1039 M), Al-Ghazali (1058-1111 M), dan Ibn Rushd (1126-1198 M).
Mereka memberikan sumbangan yang tiada tara bagi ilmu pengetahuan dan perdaban manusia. Manfaatnya melampaui zaman, tanpa sekat agama dan bangsa. Dunia pun berterima kasih kepada Islam karena ilmu pengetahuan.
"Itulah cara membela Islam yang benar," demikian ditegaskan Sekretaris Jendral Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Muhammad Khalid Syeirazi, Senin (3/12).
Mengutip maqolah Imam Al-Ghazali dalam Tahafut al-Falasifah, tahqiq Sulaiman Dunya (Cairo: Dar al-Ma'arif, 1966), p. 80, Khalid mengungkapkan bahwa kecelakaan agama dari pembela yang tidak tahu caranya, lebih besar daripada kecelakaan agama dari pencela yang tahu caranya.
"Kini Islam hendak dibela dengan pekik takbir di jalan-jalan, mengibar-ngibarkan bendera, dengan rasa gusar dan marah. Gairah beragama tidak bergandeng tangan dengan kedalaman ilmu," lanjutnya.
Ia mengibaratkan tindakan seperti ini seperti buih air yang akan dengan mudahnya hilang dan tak memberikan manfaat.
"Jadilah buih, tidak menyisakan apa-apa selain gelembung. Apa yang akan kita wariskan ke anak cucu dari seonggok buih? Apa yang akan kita sumbangkan ke peradaban manusia dari pekik-pekik takbir, dari kerumunan massa? Kosong!," tegas Khalid melalui Facebook-nya.
Khalid menegaskan Islam akan jaya dengan ilmu pengetahuan, bukan dengan kerumunan massa.
"Itulah cara membela Islam yang benar," pungkasnya. (Red: Muhammad Faizin)
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
Tags:
Nasional Lainnya
Terpopuler Nasional
-
1
-
2
-
3
-
4
-
5
-
6
-
7
-
8
-
9
Rekomendasi
topik
Opini
-
- Ahmad Rifaldi | Sabtu, 3 Jun 2023
Kritik Sayyid Usman soal Nasab dan Pandangannya tentang Ahlul Bait
-
- Muhammad Syakir NF | Jumat, 2 Jun 2023
Kesetaraan di Pesantren dalam Film Hati Suhita
-
- Arief Rosyid Hasan | Kamis, 1 Jun 2023
Ekologi Spiritual: Merawat Jagat, Mereformasi Bumi
Berita Lainnya
-
Penyediaan Lapangan Kerja Jadi Tantangan Besar Indonesia
- Ketenagakerjaan | Rabu, 7 Jun 2023
-
Alasan PCINU Kaohsiung Taiwan Undang Gus Kautsar di Harlah Ke-5
- Internasional | Rabu, 7 Jun 2023
-
Melihat UMKM Binaan Pertamina di Sukabumi: Dari Bengkel Rumahan ke Jual Beli Kendaraan
- Nasional | Rabu, 7 Jun 2023
-
Kunjungi Siskohat, Irjen Kemenag Pertegas Pelayanan Haji Dilakukan Seoptimal Mungkin
- Nasional | Senin, 5 Jun 2023
-
Lantik Auditor, Irjen Harap Jadi Pemecah Masalah
- Nasional | Senin, 5 Jun 2023
-
Pertamina Dukung Penyelenggaraan 'Lagi-Lagi Tenis' Bersama Rans Entertainment
- Nasional | Ahad, 4 Jun 2023
-
Pemangku Kepentingan Bidang Ketenagkerjaan Deklarasikan Komitmen Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual
- Ketenagakerjaan | Kamis, 1 Jun 2023
-
Ajang Inovasi 2023, Pertamina Catat Penciptaan Nilai Hingga Rp12 Triliun
- Nasional | Kamis, 1 Jun 2023
-
Polteknaker Harus Terus Berinovasi Wujudkan SDM Unggul
- Ketenagakerjaan | Rabu, 31 Mei 2023