Nasional

Jangan Kaitkan Guru dengan Kesejahteraan

Ahad, 1 Desember 2019 | 03:15 WIB

Jangan Kaitkan Guru dengan Kesejahteraan

Saresehan Kebangsaan Malam Renungan Hari Guru di Unusia di Jl  Amir Hamzah, Jakarta Pusat, Sabtu (30/11) malam (Foto: NU Online/A Rahman Ahdori)

Jakarta, NU Online
Praktisi Pendidikan yang juga Inisiator Gerakan Teacherprenuer Ilyas Indra meminta kepada guru-huru di Indonesia untuk tidak mengaitkan profesi guru dengan kesejahteraan. Hal itu karena orientasi tenaga pendidik bukan untuk menjadi hartawan atau konglomerat seperti profesi-profesi lain. 
 
Untuk itu seharusnya seorang guru sudah memahami bahwa  kegiatannya mengutamakan keikhlasan. Guru juga bagian dari profesi bukan pegawai, karena profesi maka ia tidak ada yang menggaji.
 
"Menjadi guru itu tidak  ada yang memaksa. Ketika dia memilih menjadi profesi guru  maka dia memilih profesi mulia. Guru masuknya ke wilayah profesi bukan pegawai. Maka profesi guru harus profesional, dengan catatan menjadi guru yang tidak melihat upah," kata Ilyas Indra.
 
Ditemui seusai menjadi narasumber kegiatan Saresehan Kebangsaan Malam Renungan Hari Guru yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) di Jl  Amir Hamzah, Jakarta Pusat, Sabtu (30/11) malam, Ilyas mengatakan jika sudah memahami bahwa menjadi guru adalah bukan paksaan maka guru harus menjadi sumber motivasi bagi peserta didik. Salah besar jika siswa menjadikan orang lain sebagai sumber motivasi.
 
"Selama ini siswa malah menjadikan Mario Teguh sebagai sumber motivasi dengan biaya yang sangat tinggi, kenapa bukan gurunya, makanya menjadi seorang guru harus kaya," katanya. 
 
Menurutnya, ada tiga hal yang melekat pada seorang guru yaitu orang yang mengubah tatanan sosial, orang yang mengubah tatanan organisasi dan orang yang merubah tatanan drinya sendiri.
 
Dengan model seperti itu maka seorang guru akan menjadi sumber motivasi baik untuk muridnya maupun untuk lingkungannya. "Guru adalah sumber motivasi murid," ucapnya.
 
Kemudian,  kunci agar guru sejahtera adalah meningkatkan kemauan guru membangun kemandirian dengan profesi lain misalnya berwirausaha. Itu harus dibangun sendiri agar tidak bergantung dari profesi sebagai guru. 
 
"Selama ini kemauan berwirausaha guru ada tapi  tidak banyak. Tapi
sudah ada juga guru yang sudah mandiri dan berhasil," tuturnya.
 
 
Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan