Nasional

Kader Ulama se-Jabodetabek Ikut Kursus Singkat Tasawuf Pesantren Al-Tsaqafah

Kam, 19 Desember 2013 | 05:27 WIB

Jakarta, NU Online
Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah asuhan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj hari ini, Kamis (19/12), membuka Kursus Singkat Tasawuf sebagai Etika Sosial. Peserta kursus ialah pengasuh pesantren, ustadz, dan santri utusan dari berbagai pesantren di Jakarta dan sekitarnya.
<>
Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Pesantren Al-Tsaqafah dan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementrian Agama RI. Pembukaan kegiatan ini disaksikan KH Said Aqil Siroj, seorang narasumber KH Wahfiyudin, dan Kasie Ketenagaan Subdit PD Pontren Kemenag RI Suwendi.

Latar belakang kursus ini adalah bahwa tasawuf merupakan sebuah misi kemanusiaan yang menggenapi misi Islam secara kaffah baik dari dimensi iman, islam, maupun ihsannya. Karenanya, Yayasan Said Aqil Siroj (SAS) Pondok Pesantren Luhur al-Tsaqafah berupaya menjadi mediator dan fasilitator dalam membumikan tasawuf sebagai etika sosial.

Tema “Tasawuf sebagai Etika Sosial” merupakan bentuk refleksi dari upaya memperkuat pola pikir tawasuth (moderat), tawazun (keseimbangan), i'tidal (jalan tengah), dan tasamuh (toleran) dalam Islam.

Tasawuf ditinjau kembali dari dimensi partikularnya, yang hanya sebatas ritual dan kesalehan individu. Tasawuf selanjutnya menempati posisi sebagai aktualisasi dimensi ihsan. Dalam praktik umat Islam sehari-hari, dimensi ihsan ini diwujudkan dalam bentuk dan pola beragama.

“Melalui ini, Pesantren Al-Tsaqafah berupaya menjadikan tasawuf sebagai metodologi dalam memahami realitas sosial sekaligus sebagai kritik sosial,” kata Kiai Said dalam sambutannya di Pesantren Al-Tsaqafah jalan M Kahfi I nomor 22 Cipedak Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (19/12).

Ketua Panitia Ashif Shofiyullah mengatakan, bicara etika dalam Islam berarti berbicara tentang prinsip pokok dan misi dasar Islam sebagai agama bumi yang diturunkan oleh Allah sebagai rahmat bagi alam semesta.

Urgensi tasawuf dengan menelaah dan meninjaunya kembali melalui perspektif universalitas dan partikularitasnya sebagai sebuah disiplin ilmu yang menitikberatkan pada nilai, menemukan konteksnya, ujar Ashif. (Muhammad Idris Masudi/Alhafiz K)