Nasional KANG SAID NGAJI

Kang Said Jelaskan Tujuh Keadaan Batin

Sel, 5 Februari 2013 | 06:04 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj dalam pengajian mingguan tasawuf di Kantor PBNU, Senin (4/2) malam, menyatakan, batin manusia memiliki tujuh keadaan. Di hadapan sedikitnya 30 hadirin, ia menjelaskan tujuh keadaan batin dengan saksama.
<>

Pertama, bashiroh. Ia merupakan lapisan terluar batin manusia. Bashiroh adalah mata hati anak manusia dalam memandang sebuah persoalan. Dengan itu, manusia dapat menilai baik-buruk sebuah kenyataan yang tengah dihadapi, kata Kang Said, panggilan akrab KH Said Aqil Siroj.


“Sementara kedua, dlomir. Ia  adalah kehendak moral seseorang yang terbentuk di bawah kendali hati. Mereka yang memiliki dlomir, akan berbuat baik melalui tuntunan dan bimbingan hati,” tambah Kang Said yang sesekali menjelaskan di papan tulis tersedia.

Kang Said lalu menyebutkan yang ketiga; fu’ad. Fu’ad adalah sebuah pertimbangan hati yang menjatuhkan vonis bagi tindakan manusia. Menurut Kang Said, vonis hati itu tidak pernah berdusta. Hati akan berkata, “Kamu salah. Atau, kamu benar.”

Keempat, zauq. Zauq merupakan sebuah intuisi perasaan manusia. Ketajaman perasaan tersebut sangat bergantung pada sejauh mana ketajaman fu’ad, imbuh Kang Said.

Kelima, Asror. Menurut Kang Said, dengan asror manusia memiliki ketepatan-ketepatan sebuah prediksi gaib. Kang Said kerap mengambil peristiwa pengarahan Umar bin Khattab RA. saat berkhutbah terhadap pasukan muslim di lain lokasi. Meski begitu, pasukan tersebut mendengar pengarahan Umar RA.

Untuk itu, manusia perlu menempa dan menggembleng batinnya untuk tetap fokus pada Allah. Inilah riyadlah, unsur keenam bagi keadaan batin seseorang. Itulah pentingnya sebuah tarekat, menurut Kang Said. Kehadiran sebuah tarekat ialah membimbing batin manusia agar tidak jatuh pada karomah yang mengelabui.

Sementara ketujuh, lathifah. Lathifah adalah kelembutan sebuah hati dalam memandang kenyataan apa pun. Mereka yang berhati lathif, memiliki rasa cinta yang tinggi. Dari cinta itu, mereka memandang dengan cinta dan belas kasih segalanya, baik maupun buruk, tutup Kang Said.


Penulis: Alhafiz Kurniawan