Nasional

Katib Aam: Merawat Tradisi Merespons Modernisasi adalah Kemaslahatan

Ahad, 21 Maret 2021 | 06:00 WIB

Katib Aam: Merawat Tradisi Merespons Modernisasi adalah Kemaslahatan

Katib Aam PBNU KH Yaya Cholil Staquf (berkemeja putih, tengah) Rapimcab dan Musyawarah Alim Ulama PCNU Kota Jakarta Pusat. Jumat (19/3). (Foto: Farhan Maksudi)

Jakarta, NU Online
Merawat tradisi di era serba modern perlu menjadi sorotan utama para pengurus NU terutama PCNU Jakarta Pusat. Pengurus NU juga harus berani menghadapi perubahan modernisasi di gerbang milenium ini, karena kemaslahatan yang harus dipikul dan dipikirkan bersama-sama.

 

"Ada semacam kegelisahan dan perlunya kepedulian tentang bagaimana kita ini bisa merawat tradisi juga bisa merespons modernisasi dengan kokoh. Ini bukan hanya ada di pengurus NU di Jakarta Pusat, tapi hampir merata di seluruh benak pemimpin dan warga NU di seluruh pelosok Indonesia," kata Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam acara Rapimcab dan Musyawarah Alim Ulama PCNU Kota Jakarta Pusat di Hotel Acacia Jakarta, Jumat (19/3).


Gus Yahya mengatakan tak lama lagi pihaknya akan bekumpul bersama PWNU Jawa Timur, PWNU Jawa Tengah, dan PWNU Jawa Barat di kantor PWNU DI Yogyakarta. Dalam diskusi yang dirancang tersebut, akan membahas masa depan NU dengan tema Menakar Masa Depan NU dan Pesantren di Gerbang Meilenium Pascapandemi. 

 

"Kita semua merasakan bahwa di tengah pandemi ini dan semua merasakan serba kagok atau tidak nyaman. Tradisi di Indonesia khususnya di Jakarta itu lambat laun berubah. Jauh sebelum ini tradisi-tradisi di Betawi berupa silaturahmi contohnya begitu mengental dan mengakar di masyarakat, namun setelah Jakarta menjadi kota metropolitan tradisi ini menjadi luntur dan hampir pudar karena kesibukan aktifitas masing-masing," ujar Gus Yahya.


Gus Yahya menambahkan perubahan di sekeliling kita bisa mempengaruhi cara hidup masyaraka. Menjadi tugas NU bagaimana kita bisa merawat tradisi dan juga harus merespons modernisasi.

 

"Ke depannya ada hal lain yang menjadi tugas kita, karena di gerbang milenium ini telah hadir perubahan yang sangat luar biasa. Bapak-bapak yang sudah tua pasti terheran-heran dengan segala perubahan sekarang, yang mana orang dengan mudah mengomentari sesuatu yang bukan ahlinya, ini tradisi yang sangat tidak baik," jelas Gus Yahya.

 
Tradisi yang berubah lainnya, dahulu jika ada pemilihan gubernur tidak ada yang ramai-ramai karena masih dipilih oleh DPR. "Sekarang tiba-tiba pemilihan langsung sehingga orang harus kampanye berjilid-jilid demi meraih suara besar. Ini  adalah perubahan yang telah terjadi," imbuh Gus Yahya.


Selanjutnya Gus Yahya mengatakan melalui forum Rapimcab dan Musyawarah Alim Ulama ini ia berharap pengurus NU Jakarta Pusat memliki langkah yang tidak salah dalam merawat tradisi dan juga mampu merespons modernisasi. 


Ketua PCNU Jakarta Pusat Gus Syaifuddin mengatakan dalam forum acara ini juga ada pembahasan penting, salah satunya agar PCNU Jakarta Pusat mampu menjadi etalase NU di Indonesia dan dunia. "Hal ini perlu diawali dan dikawal agar NU tetap jaya dan mendunia," tutup Gus Syaifuddin.

 
Selain Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, pada kesempatan tersebut hadir juga Sekda DKI Jakarta H. Marullah Matali, Ketua PWNU DKI Jakarta KH Samsul Maarif, Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah PCNU se-DKI Jakarta dan beberapa anggota DPRD DKI Jakarta sebagai narasumber acara.

 

Kontributor: Farhan Maksudi
Editor: Kendi Setiawan