Nasional

Kebijakan Menghapus Pelajaran Bahasa Indonesia di Australia Menuai Protes

Rab, 14 November 2018 | 09:25 WIB

Kebijakan Menghapus Pelajaran Bahasa Indonesia di Australia Menuai Protes

Sejumlah pemuda mengenakan batik dan membentangkan bendera merah putih. Sumber: Change.org

Jakarta, NU Online

Keputusan untuk menghapus mata pelajaran Bahasa Indonesia dari Sekolah Narabundah, sebuah sekolah di Ibu Kota Australia, Canberra pada tahun pelajaran 2019 menimbulkan protes dari sejumlah kalangan termasuk pelajar, akademisi dan alumni.

Aksi protes terebut disebarluaskan melalui situs Change.org dengan subjek berjudul ‘Bring Back Indonesian at Bundah 2019’. Setelah lima hari dilaunching, petisi yang dimulai oleh warga Australia bernama Aidan Brooke telah mendapatan dukungan dari 5.190 penandatangan dari 7.500 yang diharapkan.

Dalam penjelasanannya, Aidan Brooke menulis bahwa Bahasa Indonesia dipercaya sebagai jembatan yang menghubungkan antara kedua negara yang pada akhirnya akan member dampak positif pada kerja sama antara kedua negara tetangga ini.

Joseph Armstrong, seorang siswa asal Indonesian meminta agar sekolahnya akan berusaha agar bahasa Indonesia bisa dipelajari murid di sekolah tersebut. Ia percaya bahwa siswa yang memiliki passion pada bahasa Indonesia saat ini bisa member smbangsih pada penguatan kerja sama antara kedua negara pada masa yang akan datang.

Protes serupa juga diungkapkan oleh guru bahasa Indonesia di sekolah tingkat SMA di Melbourne yang merupakan alumni dari Narabundah College School. Dalam statemennya, ia mengatakan bahwa, menghapus subjek bahasa Indonesia akan memberi dampak buruk pada hubungan kedua negara di masa depan. Australia akan jatuh pada kerugian yang lebih besar dari pada menanggung biaya pendidikan untuk bahasa Indonesia di sekolah saat ini. 

Pasalnya, selain karena Indonesia adalah tetangga terdekat Australia, Indonesia di masa mendatang diyakini akan masuk ke dalam lima negara dengan ekonomi terkuat di dunia. Oleh karena itu, keputusan menghapus Bahasa Indonesia dari sekolah Narrabunndah adalah keputusan yang tidak tepat. Selain itu, secara personal, pelajaran dan guru bahasa Indonesia yang didapatkan lulusan tahun 2008 ini member dampak khusus pada karirnya saat ini.

Penurunan minat pada Bahasa Indonesia

Di atas kertas, bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa yang diminati siswa di Australia. Mengutip the conversation, bahasa Indonesia masuk ke dalam salah satu dari tiga bahasa yang paling banyak diincar siswa negara asal Kangguru ini. Pada tahun 2010 terdapat sekitar 190 ribu siswa belajar bahasa Indonesia.

Walau begitu pembelajaran bahasa Indonesia sendiri sudah berlangsung sejak lama. Prof Tim Lindsey, pakar bahasa Indonesia dari University of Melbourne menyebut bahwa hal itu udah berlangsung sejak tahun 1970. Dalam sebuah keterangan, ia mengatakan, siswa-siswa di Australia pada tahun 70-an lebih banyak yang menggunakan bahasa Indonesia dari pada saat ini.

Salah satu hal yang menyebabkan menurunnya keinginan para pelaja untuk mempelajari bahasa Indonesia adalah adanya beberapa larangan untuk mengunjungi Indonesia, lantaran sejumlah kasus terorisme seperti Bom Bali pada 2002 dan kejadian lain.

Kendati begitu Seorang Warga Brisbane, Glenda Mcpherson menilai bahwa rencana penghapusan itu adalah keputusan yang kurang bijak. Ia bahkan menulis bahwa “Seharusnya bahasa Indonesian menjadi bahasa kedua bagi siswa Australia sejak kecil”. (Ahmad Rozali)