Nasional

Kekerasan Seksual, Masyarakat Harusnya Berpihak kepada Korban

Ahad, 8 Mei 2016 | 23:06 WIB

Jember, NU Online
Dalam kasus kekerasan seksual seringkali perempuan yang sudah menjadi korban justru disalahkan, sehingga banyak korban ataupun keluarga korban yang tidak mau melapor karena dianggap sebagai aib keluarga.

“Perlu ada penyamaan persepsi bahwa masyarakat harus berpihak kepada korban, bukan justru menghakimi sebagai pihak yang bersalah karena memicu tindak kekerasan dan perkosaan,” kata Rahmah Saidah, Ketua Pimpinan Cabang Fatayat NU Jember.

Ia mengatakan hal itu saat menggelar doa khusus untuk Yuyun (14), siswi SMP korban pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh 14 pemuda di Bengkulu di alun-alun Jember, Sabtu (7/5). Selain berdoa, puluhan ribu Nahdliyin malam itu juga mengaji dan bershalawat dalam rangka harlah ke-93 NU, harlah ke-82 GP Ansor, dan harlah ke-66 Fatayat NU.

Fatayat yang beranggotakan perempuan muda NU menganggap bahwa kekerasan yang dialami perempuan adalah kondisi darurat yang seharusnya menjadi perhatian semua pihak. Data Catahu (catatan tahunan) 2016, kekerasan seksual yang terjadi di ranah personal, dari jumlah kasus sebesar 321.752, kekerasan seksual menempati peringkat dua, yaitu dalam bentuk perkosaan sebanyak 72 persen (2.399 kasus), dalam bentuk pencabulan sebanyak 18 persen (601 kasus), dan pelecehan seksual 5 persen (166 kasus). Di ranah Publik, dari data sebanyak 31 persen (5.002 kasus), jenis kekerasan terhadap perempuan tertinggi adalah kekerasan seksual (61 persen).  Pelaku kekerasan seksual berasal dari lintas usia, termasuk anak-anak.

Dalam sambutannya, Ketua PCNU Jember H Abdullah Syamsul Arifin menyatakan bahwa menghargai dan memuliakan perempuan adalah ajaran Rasulullah. Masalah kekerasan seksual adalah masalah peradaban bangsa kita, perubahan cara pandang masyarakat terhadap kasus-kasus kekerasan seksual bisa menjadi salah satu solusi.

Rangkaian acara diawali dengan pembukaan Nusantara Mengaji dan Bersholawat yang diselenggarakan secara bersamaan di seluruh Nusantara, dan dimulai dari Jember, yang dipimpin langsung oleh Muhaimin Iskandar, inisiator Nusantara Mengaji dan Bersholawat. Muhaimin menyebut acara ini sebagai Ruwatan Nusantara, salah satu bentuk keprihatinan atas kondisi bangsa Indonesia saat ini, termasuk kekerasan terhadap perempuan dan anak yang semakin meningkat dari tahun ketahun. (Anwari/Mahbib)