Nasional

Kelompok Difabel Sambut Baik Peluncuran Buku Fiqih Disabilitas

Kam, 29 November 2018 | 08:45 WIB

Jakarta, NU Online
Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) merilis buku panduan keagamaan sehari-hari yang dibutuhkan kalangan disabilitas di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Jakarta Pusat, Kamis (29/11) siang. Pihak LBM PBNU dengan buku ini menyuguhkan pandangan keagamaan dari khazanah keislaman sebagai bentuk perhatian NU untuk kalangan disabilitas.

“Sebelum Munas NU di Lombok pada 2017 lalu kami didatangi kelompok disabilitas. Kami mengadakan diskusi terbatas dengan mereka. Masalah ini dibawa ke forum Munas NU tapi hanya dibahas di komisi maudhu’iyah yang sangat konseptual karena tidak mungkin membahas rinci dengan kesempatan terbatas,” kata Sekretaris LBM PBNU KH Sarmidi Husna.

Pada buku ini, LBM PBNU membahas rinci masalah fiqhiyyah yang dihadapi kalangan disabilitas mulai dari ibadah murni, muamalah, pernikahan, hingga masalah siyasah. Semua masalah yang diangkat di buku ini didasarkan pada inventarisasi masalah di sejumlah diskusi intensif yang melibatkan kalangan terkait.

Buku ini terselenggara atas kerja sama LBM PBNU, Perhimpunan Pengmbangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), dan Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya (PSLD-UB).

“Buku ini dicetak oleh PBNU dan akan disebarluaskan ke banyak pihak termasuk DKM. Yang jelas buku ini mendorong paradigma baru perihal disabilitas di tengah masyarakat,” kata KH Sarmidi Husna.

Ketua Umum Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia Gufroni Sakaril menyatakan terima kasih atas kehadiran buku fiqih tersebut. Menurutnya, kalangan disabilitas selama ini menunggu kehadiran buku keislaman dengan tema tersebut.

“Buku ini ditunggu-tunggu oleh kalangan disabilitas karena terus terang kami gelisah apakah ibadah kami diterima. Pasalnya, ibadah kami tidak masuk syarat dalam teks-teks agama yang beredar di tangan masyarakat,” kata Gufroni Sakaril.

Ia mengapresiasi kehadiran buku fiqih disabilitas ini. Menurutnya, buku ini sangat bermanfaat karena belum ada buku agama yang spesifik membahas masalah disabilitas ini.

“Alhamdulilah kalau di luar hiruk pikuk politik, kita di sini membicarakan masalah yang sangat dibutuhkan oleh kalangan disabilitas,” kata Gufroni.

Hj Shinta Nuriyah Wahid yang hadir sebagai salah seorang pembicara bedah buku ini menyampaikan terima kasih kepada PBNU. Menurutnya, buku ini terbilang baru secara gagasan dan aneh.

“Sejak kecil belajar fiqih, saya tidak pernah mendengar fiqih disabilitas. Saya tidak pernah membayangkan ada buku dengan tema ini,” kata Hj Shinta Nuriyah Wahid.

Adapun Ketua PBNU H Imam Aziz memberikan catatan singkat atas diskusi ini. Ia mendorong banyak pihak termasuk ormas keagamaan, DKM, dan pemerintah untuk mengubah paradigm terhadap kelompok disabilitas. Dengan paradigma baru, pemerintah dan DKM masjid dapat memberikan keterbukaan akses terhadap kelompok disabilitas.

“Bagi kami, kalangan penyandang disabilitas memiliki potensi dan hak yang sama. Oleh karena itu, paradigma baru terhadap disabilitas diharapkan dapat memberikan keadilan terhadap mereka yang selama ini mengalami diskriminasi ganda. Kita perlu mendorong kebijakan inklusif agar mereka mendapatkan hak-hak ekonomi dan politik di samping akses dalam mengamalkan agamanya,” kata Imam Aziz. (Alhafiz K)