Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengatakan, seragam batik untuk anggota dan pengurus adalah upaya agar tidak ada jarak di antara keduanya.
“Jadi, seragam itu dulu kita berharap akan menjadi sesuatu borderless, tidak ada pembatas. Jangan yang kaya memakai baju apa. Yang tidak punya pakai baju apa. Jadi itu kan kemudian sama,” katanya di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Jumat (26/1).
Menurut Khofifah, tanpa batas merupakan kunci kepemimpinannya. Selain itu, rajin turun ke daerah, sering menyapa pengurus dan anggota. Juga mengidentifikasi anggota Muslimat NU dari golongan menengah ke bawah.
“Aku bukan tidak bisa beli gelang, tapi sengaja tidak menggunakan agar tidak berbatas dengan mereka. Kalau aku kelihatan bergelang orang enggak berani bersalaman. Cincin aku jarang,” jelasnya. “Wajahku kebetulan ndeso, itu menguntungkan,” lanjutnya sambil ketawa.
Ia menceritakan, pada kegiatan Muslimat NU yang dihadirinya, tak jarang punggung tangannya lecet dan tergores-gores.
“(Sambil menunjukkan punggung tanga kanannya) Tercoret-tercoret sudah pasti. Kalau iniada coretan ini adalah sisa 30 Desember. Ini agak dalam,” jelasnya.
Saat ini, Khofifah Indar Parawansa memimpin Muslimat NU pada periode keempat. Ia menggantikan Nyai Aisyah Hamid Baidlowi pada tahun 2000. (Abdullah Alawi)