Nasional

Kepolisian Prihatin ODGJ Jadi Korban Penyebaran Hoaks

Kam, 8 Maret 2018 | 02:00 WIB

Kepolisian Prihatin ODGJ Jadi Korban Penyebaran Hoaks

Kasatgas Nusantara Gatot Eddy Pramono (tengah). Foto: Rozali

Jakarta, NU Online
Kasatgas Nusantara, Gatot Eddy Pramono mengatakan prihatin dengan adanya pemberitaan maupun isu yang menyudutkan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sebagai pelaku penyerangan terhadap kiai maupun pesantren. 

“Kasihan ODGJ, dari enam peritiwa lima jadi korban. Di Banten,  ODGJ dipukulin, teraniaya. Ini yang terjadi,” kata Gatot pada Diskusi Memperkuat Media Mainstream dalam Melakukan Kontranarasi, Rabu (7/3) di Hotel JS Luwansa, Jakarta.

Peritiwa yang menyudutkan ODGJ juga terjadi di Lamongan. ODGJ ini sudah berpisah dengan keluarganya sejak 4 tahun. 

“Kita cari dengan mengontak Kasarerkrim se-Indonesai. Ditemukan data ada orang hilang pada empat tahun lalu di Jabar (Cirebon). Kita panggil, kita periksa. Dia sudah bermukim lama di Wahana Bahari Lamongan. Dia jalan terus, sering dikasih makan warga,” cerita Gatot pada diskusi yang diinisiasi Wahid Foundation.

ODGJ itu pun dituduh akan menyerang ulama ketika duduk di pendopo pesantren, sehingga orang-orang di pesantren balik melakukan penyerangan.

“Kenapa dilakukan penyerangan, saat duduk di pendopo sama santri dia malah berdiri menantang (santri). Ada kiai usianya lebih tua melihat ODGJ itu kemudian lari dikejar. Kiai jatuh, ODGJ dianiaya,” lanjut Gatot.

Gatot menegaskan semua penanganan terhadap kasus-kasua yang melibatkan ODGJ dilakukan dengan SOP yang berlaku. 

“Pertama kita mendatangi TKP, kumpulkan bukti. Terhadap pelaku yang diduga ODGJ kita periksa ulang dengan psikiatri untuk meyakinkan bahwa ini orang gila. Kita juga lakukan forensik, tes urin, tes darah. Kita ke laboratorium periksa darah lagi. Kita menduga apakah ada zat kimia tertentu yang dimaskukan ke tubuh ke ODGJ yang mendorong dia untuk melakukan tindakan agresif?”  papar Gatot soal prosedur pemeriksaan kepada ODGJ.

Maraknya pemberitaan atau isu yang menyudutkan ODGJ dimanfaatkan untuk menyerang ulama, menurut Gatot  terjadi karena penyebaran hoaks di media sosial.

(Baca: Hoaks Mudah Menyebar, Ini Penjelasan Savic Ali)
“Kita juga pendalaman di dunia maya. Kita menenukam hubungan isu penyerangan ulama PKI dan ujaran kebencian. Di dunia maya seolah ada perbuatan penyerangan ulama yang massif dan sistematis dilakukan,” kata Gatot.

Dari pendalaman di dua tempat, dunia nyata dan dunia maya, berdasarkan fakta yang ada di lapangan, belum ditemukan koneksi atau benang merah antara satu peristwa dengan peristiwa lain, misalnya peristiwa di Jatim dengan Jabar dan Banten. 

“Tapi pendalaman dunia maya menemukan koneksi satu peritiswa dengan peristiwa lain yang dilakukan oleh MCA. Mereka terhubung dengan eks Saracen,” kata Gatot.

Kepada kelompok tersebut sudah dilakukan penangkapan penangkapan kepada 14 orang yang tekait MCA. Sebenarnya polisi mengamankan 26 orang, di mana 14 orang di antaranya terlibat MCA. Sisanya adalah masyarakat yang turut mendisutribusikan hoaks, ujaran kebencian, dan isu SARA. 

“Apakah polsi sudah berhenti? Tidak kita masih terus mendalaminya. Baik di darat (dunia nyata) maupun udara (maya),” tandasnya. (Kendi Setiawan)