Nasional

Ketika Gadget Gantikan Buku-buku Sejarah Indonesia

Ahad, 15 Oktober 2017 | 20:01 WIB

Jakarta, NU Online
Suatu ironi ketika puluhan tahun kemerdekaan Republik Indonesia berjalan ada sekolompok orang yang mengatasnamakan paham tertentu bermaksud mengubah dasar negara. Mereka mengabaikan ratusan juta orang lainnya yang lahir dengan berbagai perbedaan tersebut. Bentuk intoleransi ini adalah ancaman bagi keberlangsungan NKRI dan berpotensi memecah-belah masyarakat yang hidup di wilayah Nusantara.

Demikian disampaikan Direktur Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) Abdul Ghopur di SMK Negeri 32 Jakarta, Jumat (13/10) sore.

Paham intoleransi ini bisa masuk dan diterima segelintir anak bangsa karena ketidakpahaman atas sejarah bangsa Indonesia. Ketika teknologi informasi dan kelincahan memainkan jari di perangkat elektronik menggantikan buku-buku sejarah dan sastra-budaya Indonesia, generasi muda kini mungkin telah merasa nyaman dan cukup puas dengan akses informasi yang tersedia di dunia maya.

“Mereka tidak terbiasa dan tidak mahir dengan cara-cara ‘konvensional’ untuk menggali informasi dan menguji kesahihannya serta menyatakan pendapat dengan argumentasi ilmiah yang masuk akal dan berbobot.”

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menangkal paham intoleransi adalah dengan kembali memahami sejarah bangsa yang benar dan bijaksana dalam menggunakan informasi yang tersedia.

“Yang tak kalah penting juga adalah upaya menanamkan kembali rasa cinta tanah air sebagai landasan kehidupan berkebangsaan yang siap menerima segala keragaman beserta perbedaan-perbedaannya. Terutama di tengah tandus-keringnya nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme dewasa ini,” kata Ghopur.

Ia berharap kegiatan dialog dan penanaman kembali wawasan kebangsaan di sekolah-sekolah menjadi dapat berkontribusi bagi bangsa ini seperti kegiatan dialog kebangsaan. (Red Alhafiz K)