Nasional

Ketua Muslimat NU Dikukuhkan sebagai Guru Besar Tasawuf

Rab, 23 Desember 2020 | 14:45 WIB

Ketua Muslimat NU Dikukuhkan sebagai Guru Besar Tasawuf

Sri Mulyati bukan saja seorang akademisi, tetapi juga aktivis sejak muda. (Foto: Instagram resmi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Jakarta, NU Online
Ketua I Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama Hj Sri Mulyati resmi dikukuhkan sebagai guru besar bidang tasawuf di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu (23/12). 

 

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Amany Lubis mengukuhkannya secara langsung. Ia juga menyerahkan SK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 35120/MPK/KP/2020 tentang kenaikan jabatan akademik fungsional dosen yang dikeluarkan pada 11 Maret 2020.

 

Hj Sri Mulyati dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar di bidang ilmu tasawuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menegaskan bahwa Covid-19 menjadi sebuah media transformasi ketakutan menjadi energi positif dalam membangun kesadaran baru manusia sebagai khalifah di bumi.

 

Covid-19 telah berdampak besar pada perubahan di seluruh dunia ini. Jutaan orang terserang virus tersebut, ribuan di antaranya harus menerima takdir wafat karenanya. Tidak hanya kesehatan, perekonomian pun melemah dengan tumbuh di angka minus.

 

Hal demikian pun memberikan ketakutan bagi banyak orang sehingga sebagian besar di antaranya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Ini terbukti dengan meningkatnya pencarian doa agar pandemi ini segera berlalu di laman pencarian Google.

 

"Wabah Covid ini dapat dimaknai sebagai sebuah upaya mentransformasi rasa takut yang ditimbulkan menjadi energi positif dan membangun seluruh kesadaran baru agar fungsi fungsi luhur manusia sebagai khalifah di bumi dapat lebih terejawantahkan," katanya di Auditorium Harun Nasution, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, pada Rabu (23/12).

 

Hj Sri Mulyati mengatakan, rasa takut yang dimiliki orang biasanya ketika dunia di sekitar mereka, realitas, mulai goyah. Rasa takut, menurutnya, dapat menjadi positif dengan mereka kembali kepada realitas, yaitu mencari taat dan menyadari bahwa kita diletakkan di bumi oleh Allah swt.


"Perbedaan antara Allah dan manusia adalah bahwa ketika Anda takut kepada manusia, Anda menjauh darinya. Tapi ketika kita takut kepada Allah, kita mendekatkan diri menuju-Nya," katanya mengutip pernyataan Imam Ghazali.
 

Wakil Presiden Republik Indonesia KH Ma'ruf Amin dalam tahniahnya menyampaikan bahwa sosok Sri Mulyati memiliki semangat tinggi. Ia juga mengenalnya sebagai seorang akademisi yang mendalami pemikiran dan pengamalan tasawuf Syekh Nawawi Al-Bantani.

 

"Semoga pencapaian guru besar ini makin mengokohkan keilmuan yang didapat terus menguatkan diri dan lingkungan akademisi yang berkarakter kokoh, inovatif dan istiqomah pada nilai ajaran ahlussunnah wal Jamaah," harap Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.

 

Lebih lanjut, Kiai Ma'ruf juga berharap Sri Mulyati dapat mengembangkan lebih lanjut kajian tasawuf secara lebih dinamis dan kontekstual, terutama dalam sosialisasi dan internalisasi tasawuf akhlaki.

 

Hal itu, dapat dilakukan dengan menjadikannya sebagai acuan dalam pembuatan akhlak atau karakter bangsa. "Semoga terus maju dan berkontribusi pada kemajuan dunia pendidikan dan masyarakat secara umum," pungkasnya.

 

Tahniah juga disampaikan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Menteri Ketenagakerjaan Hj Ida Fauziyah, Nyai Hj Sinta Nuriyah, Wakil Menteri Agama H Zainut Tauhid Saadi, Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar.

 

Di samping itu, ucapan selamat juga disampaikan Guru Besar Fakultas Ushuluddin H Kautsar Azhari Noer, Ketua LP Ma'arif PBNU KH Zainal Arifin Junaidi, Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo, Dekan Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Zahrotun Nihayah, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyahdan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sururin, dan Kaprodi Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia Yon Machmudi.

 

Sebagai informasi, Sri Mulyati bukan saja seorang akademisi, tetapi juga aktivis sejak muda. Saat mahasiswa, ia telah berkegiatan di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

 

Perempuan yang tumbuh sejak kecil di Jakarta ini juga pernah mengemban amanah sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama dua periode, yakni masa khidmat 1989-2000.

 

Khidmatnya pada ilmu di antaranya dicurahkan melalui aktivitasnya sebagai dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak 1984. Setelah menamatkan studinya di jurusan Perbandingan Agama, ia melanjutkan program magister dan doktornya di Universitas Mc Gill Kanada. Ia pun menunaikan posdoktoralnya di Universitas Leiden, Belanda pada tahun 2004.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan