Nasional

Ketua Umum MUI: Dakwah itu Mengajak, Bukan Mengejek

Jum, 27 November 2020 | 11:30 WIB

Ketua Umum MUI: Dakwah itu Mengajak, Bukan Mengejek

Mengutip Imam Syafii, Kiai Miftach pun menjelaskan kriteria tentang ulama yang di antaranya adalah semua urusan dan perilakunya serta sepak terjangnya selalu berkesinambungan dengan agamanya. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum terpilih Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Miftachul Akhyar mengajak para ulama untuk senantiasa berdakwah dengan cara yang baik. Menurutnya berdakwah merupakan satu di antara tugas penting ulama dan tidak ada suatu posisi yang lebih tinggi daripada berdakwah.

 

"Dakwah itu mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul, menyayangi bukan menyaingi, mendidik bukan membidik, membina bukan menghina, mencari solusi bukan mencari simpati, membela bukan mencela," kata kiai Miftah pada Acara Musyawarah Nasional X MUI Pusat di Jakarta, Kamis (26/11).

 

Oleh karenanya ia mengajak para pengurus MUI untuk berdakwah dengan mengedepankan akhlakul karimah. Tugas-tugas ini ia harapkan akan mewarnai dalam kehidupan perkhidmatan para pengurus MUI dan mewarnai kehidupan di tengah-tengah masyarakat. "Umat sudah menunggu apa langkah kita," tegas Rais ‘Aam PBNU ini.

 

Mengutip Imam Syafii, Kiai Miftach pun menjelaskan kriteria tentang ulama yang di antaranya adalah semua urusan dan perilakunya serta sepak terjangnya selalu berkesinambungan dengan agamanya.

 

"Semua ada dasar hukumnya, semua bukan karena ikut-ikutan, semua bukan karena situasi dan kondisi. Tapi semua itu ada bayyinah (bukti/dasar)," terkait harapan Islam pada ulama untuk memberikan pencerahan pada umat.

 

Apalagi di tengah maraknya disrupsi teknologi saat ini, para ulama yang merupakan pewaris para nabi berkewajiban memberikan pencerahan pada umat di Indonesia. Ini merupakan tanggung jawab ulama selain sebagai mitra pemerintah.

 

Pengasuh Pesantren Miftachussunah Surabaya ini mengingatkan bahwa Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Tentu menurutnya, MUI harus mampu memberi solusi dengan pelbagai kontribusinya bagi kehidupan dunia saat ini. 

 

"Indonesia yang merupakan negara terbesar penduduk Muslim-nya, ini betul-betul bukan besar jumlahnya, tapi produknya yang saat ini dinantikan oleh bangsa di seluruh dunia saat ini," kata Kiai Miftach.

 

KH Miftachul Akhyar terpilih menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat periode 2020-2025. Kiai Miftach secara resmi menggantikan KH Ma'ruf Amin berdasarkan hasil Musyawarah Nasional (Munas) X MUI yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta.

 

Kiai Miftach terpilih melalui musyawarah tim formatur Munas yang terdiri dari tujuh belas anggota yakni KH Ma’ruf Amin (unsur ketua umum), Anwar Abbas (unsur sekjen), Didin Hafidhuddin (unsur wantim), KH Bambang Maryono (unsur MUI Kepri), KH Khaeruddin Tahmid (unsur MUI Lampung), KH Rahmat Syafei (unsur MUI Jawa Barat), KH Maman Supratman (unsur MUI Bali), Khairil Anwar (unsur MUI Kalteng), KH Ryhamadi (unsur MUI Sultra), dan Abdullah Latuapo (unsur MUI Maluku).

 

Kemudian KH Masduki Baidhlowi (unsur NU), Dr Amirsyah Tambunan (unsur Muhammadiyah), Buya Basri Barmanda (unsur Perti), KH Amad Sodikun (unsur Syarikat Islam), Jeje Zainuddin (unsur Persatuan Islam), Prof Amany Lubis (unsur perguruan tinggi), dan KH Abdul Ghaffar Rozin (unsur pesantren).

 

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan