Nasional

Ketum PBNU Ungkap Pertumbuhan Signifikan Konstituen NU

Sen, 30 Oktober 2023 | 12:30 WIB

Ketum PBNU Ungkap Pertumbuhan Signifikan Konstituen NU

Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya. (Foto: NU Online/Suwitno)

Kendal, NU Online 
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf mengungkapkan fakta menarik tentang pertumbuhan konstituen NU. Demikian ini disampaikannya di acara Musyawarah Kerja Wilayah Nahdlatul Ulama (Muskerwil) NU Jawa Tengah di Pesantren Al-Musyaffa Sudipayung, Ngampel, Kabupaten Kendal pada Ahad (29/10/2023).


Merujuk pada hasil survei yang dilakukan oleh berbagai pihak selama beberapa dekade, Gus Yahya mengungkapkan bahwa hasilnya menunjukkan pertumbuhan yang sangat besar, jumlah orang yang mengaku sebagai anggota NU.


Ia mengungkapkan, hasil survei pada tahun 1995 menunjukkan bahwa hanya 18 persen dari penduduk Indonesia merasa sebagai anggota NU. Namun, pada tahun 2005, angka tersebut meningkat tajam menjadi 27 persen. Peningkatan yang lebih mengejutkan terjadi antara tahun 2010 hingga 2018, dengan survei tahun 2010 menunjukkan bahwa 47 persen penduduk Indonesia mengaku sebagai anggota NU.


“2023 kemarin, terakhir disurvei oleh Lembaga Survei Indonesia, orang yang mengaku NU ini sudah 56,9 persen dari seluruh penduduk Indonesia. silakan hitung sendiri, penduduk Indonesia ini 280 juta, 56,9 persen itu berapa,” ujarnya.


Maka dari itu menurut pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang ini, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama bahwa konstituen NU ini luas sekali, jauh lebih luas daripada yang lalu.


“Kalian nggak bisa membayangkan lagi potongan orang NU ini kaya potongan orang NU zaman tahun 1955 itu nggak bisa lagi. Kalian nggak bisa membayangkan potongan orang NU kayak zaman tahun 1971 nggak bisa,” terangnya.


Kedua, pentingnya memahami alasan begitu banyak orang bergabung dengan NU dalam beberapa tahun terakhir “Orang yang belakangan ikut NU ini orang yang ikutnya NU ini karena apa, nyari apa, ini yang masih harus kita pelajari,” ujarnya.


Gus Yahya berpendapat bahwa model orang NU yang menjadi bagian dari roiyah-nya jamiyah Nahdlatul Ulama harus diperbarui untuk mencerminkan keragaman konstituennya, yang tidak terbatas pada kalangan agama, tetapi juga mencakup berbagai lapisan masyarakat.


“Nah, inilah yang kemudian membawa kita untuk membangun pola kegiatan NU yang diarahkan pada kegiatan di basis, melibatkan warga, untuk memenuhi hajat langsung dari warga. Supaya orang yang belakangan ikut NU ini kemudian merasa dirinya diurus oleh NU, tidak cuman dipakai buat gaya-gayaan tok, apalagi buat nyalon presiden dan wakil presiden tok, tetapi benar diurus hajatnya oleh jamiyah NU ini. Untuk keperluan inilah kita buat agenda gerakan yang diberi nama Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama,” pungkasnya.