Nasional

KH Dimyati Rois Ungkap 3 Sebab NU Didirikan

Ahad, 29 Januari 2017 | 04:27 WIB

KH Dimyati Rois Ungkap 3 Sebab NU Didirikan

KH Dimyati Rois (kanan).

Kendal, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Dimyati Rois nampak begitu tegar diusianya yang sudah senja saat menerima rombongan Anjangsana Islam Nusantara STAINU Jakarta, Selasa (24/1) lalu di Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. 

Ia berjalan dari kediamannya ke sebuah tempat di Pondok Pesantren Al-Fadllu wal Fadlilah Kaliwungu Kendal yang khusus diperuntukkan menerima tamu. Ia melangkah dengan didampingi para santrinya. 

Kiai dengan gaya bicaranya yang khas dan penuh humor itu memberikan kenyamanan bagi siapa saja yang menemuinya. Kiai yang pernah mondok di Pesantren Sarang ini masih fasih dan terang dalam menjelaskan peristiwa-peristiwa sejarah masa lalu.

Kepada rombongan Anjangsana yang terdiri dari 17 orang itu, Abah Dim (sapaan masyarakat setempat) kepada KH Dimyathi Rois memberikan penguatan ke-NU-an secara historis. 

Ia menjelaskan 3 fakta sejarah yang menjadi sebab didirikannya Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) yang tidak lepas dari ikhtiar lahir dan batin dari sejumlah ulama pesantren di Nusantara.

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fadllu wal Fadlilah Kaliwungu ini, NU didirikan pertama, musyawarah dan keputusan bersama 50 ulama besar Nusantara. 

“Kedua, istikharah para ulama Nusantara untuk mendirikan sebuah wadah organisasi, dan ketiga, keputusan para ahli kasyaf atas permintaan yang diajukan oleh para kiai di Nusantara,” jelas salah seorang Anggota Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) di Muktamar ke-33 NU di Jombang tahun 2015 itu.

Murid dari KH Marzuqi Dahlan Lirboyo itu menambahkan, NU didirikan oleh para ulama terpilih yang memiliki kapasitas keilmuan luhur dan juga kesalehan mulia. 

Sebab itu, Nahdliyin dan pengurus NU di seluruh Indonesia perlu meneladani dan melestarikan nilai-nilai yang tertanam kuat pada diri para kiai dan ulama untuk mengokohkan organisasi guna memperkuat bangsa dan negara.

Dengan tetap melestarikan dan menerapkan nilai-nilai kiai, menurut kiai kelahiran Brebes ini, NU akan tetap berdiri dan berkembang sebagai cahaya penuntun umat di tengah perkembangan zaman dan tantangan teknologi modern yang saat ini masif mempengaruhi karakter seseorang. 

Dalam momen Harlah ke-91 NU ini, Abah Dim tentu berharap Ormas Islam terbesar di dunia makin matang di segala ini sehingga mampu memperkuat NU, baik secara jamaah maupun jami’yah. (Fathoni)