Nasional TWEET TASAWUF

KH Luqman Hakim Jelaskan Cara Mengendalikan Nafsu

Jum, 28 Juni 2019 | 09:30 WIB

KH Luqman Hakim Jelaskan Cara Mengendalikan Nafsu

KH M. Luqman Hakim (istimewa)

Jakarta, NU Online
Nafsu tidak akan pernah lepas dari diri manusia. Menurut Pakar Tasawuf KH M. Luqman Hakim, cara mudah mengendalikan nafsu ialah berupaya mengatasinya bersama Allah SWT, bukan bersama diri pribadinya sendiri.

“Kendalikan nafsumu bersama Allah SWT, jangan bersama dirimu,” ujar Kiai Luqman Hakim dikutip NU Online, Jumat (28/6) lewat twitternya.

Direktur Sufi Center ini menukil perkataan Ibnu Athaillah as-Sakandary: "Segala hal apa pun yang berat akan terasa ringan jika bersama Allah SWT. Dan yang ringan pun terasa berat jika bersama dirimu.” 

“Mengandalkan kemampuanmu, merasa bisa, semua jadi berat,” ungkapnya.

Menurutnya, pada nafsu, seseorang harus tegas dan harus berani menjadikan nafsu sebagai musuh terbesar. Bahkan lebih hebat dibanding setan atau musuh-musuh lainnya.

“Ikhlaslah dalam beribadah. Lillah, jangan karena selain Allah. Ingat: Dari Allah, Menuju Allah, Bersama Allah, dan hanya bagi Allah,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat ini.

Ia juga menerangkan bahwa akal adalah mata hati, sedangkan nafsu adalah kebinatangan dalam batin. Mampukah hati mengendalikannya, itulah tugas hati sebagai pemimpin batin. Kalau hatinya buruk pasti mengikuti selera nafsunya, tapi kalau hatinya bagus pasti mengikuti ruhnya.

Akal senantiasa berbicara soal baik dan buruk, haq dan bathil. Akal memberi informasi pada hati. Hati yang mengambil keputusan, sebagaimana dalam Al-Hikam, “Cahaya memiliki fungsi membuka. Matahati (akal) memberi hukum (haq atau bathil), dan hati yang memutuskan (tolak atau terima)”.

Lebih jauh, Kiai Luqman menjelaskan dua poin cara Allah SWT mendidik nafsu manusia. Dua poin tersebut terkait dengan keinginan manusia untuk memperoleh nikmat atau siksa.

“Allah SWT mendidik nafsu manusia dengan dua cara, pertama, dengan kerinduan yang dahsyat atas harapan nikmat yang diberikan. Kedua, dengan ancaman yang keras melalui siksa yang mengerikan,” jelas Kiai Luqman.

Sementara itu, dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa nafsu manusia terbagi menjadi tiga. Pertama, an-nafs al-ammarah bissu. Apabila nafsu ini meninggalkan tantangan dan tunduk serta taat kepada tuntutan nafsu syahwat dan dorongan-dorongan syaitan. Nafsu ini mendorong kepada kejahatan.

Kedua, an-nafs al-lawwamah. Apabila ketenangan tidak sempurna, akan tetapi menjadi pendorong kepada nafsu syahwat dan menentangya. Nafsu ini juga mencaci pemiliknya ketika ia teledor dalam beribadah kepada Allah. Nafsu ini pula sumber penyesatan karena ia patuh terhadap akal, kadang tidak.

Sedangkan ketiga, an-nafs al-muthmainnah. Apabila dia tenang, di bawah perintah dan jauh dari goncangan disebabkan menentang nafsu syahwat.

Dari ketiga nafsu tersebut, Kiai Luqman mengungkapkan bahwa mengembalikan segalanya kepada Allah SWT adalah kunci pengendalian nafsu yang mengarah pada siksa-Nya. (Fathoni)