Nasional

KH Maimoen Zubair Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Jum, 18 Desember 2020 | 11:30 WIB

KH Maimoen Zubair Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Almaghfurlah KH Maimoen Zubair. (Foto: NU Online/Fathoni)

Jakarta, NU Online

KH Maimoen Zubair diusulkan menjadi pahlawan nasional. Ulama yang lahir tepat pada Sumpah Pemuda itu dipandang layak menyandang gelar tersebut mengingat kontribusinya dalam merekatkan bangsa Indonesia ini sangat besar.


Sejarawan Zainul Milal Bizawie menyampaikan bahwa setidaknya ada tiga hubungan yang direkatkan kiai yang akrab disapa Mbah Mun itu. Pertama, ia berhasil menyambungkan jejaring ulama yang mendirikan negara, memperjuangkan kemerdekaan, dan mempertahankannya.


“Mbah Maimoen merekatkan ulama pendiri bangsa dan pejuang kemerdekaan sekaligus penjaga kemerdekaan. Beliau menemui semuanya dan menyambungkan sanad-sanadnya,” kata Milal pada Webinar Gagasan Pahlawan Nasional KH Maimoen Zubair, Kamis (17/12).


Lagu Ya Lal Wathan menjadi salah satu bukti nyata hubungannya dengan para pejuang, di samping memang ia juga turut mengangkat senjata melawan para penjajah. Lagu yang membangkitkan semangat juang itu dipopulerkannya dan sanadnya bersambung kepadanya.


Milal menyatakan perlu ada pencarian arsip keikutsertaan Mbah Mun dalam laskar yang berjuang melawan penjajah, baik saat masih di Sarang, Rembang, Jawa Tengah maupun di Lirboyo, Kediri Jawa Timur.


Selain itu, kiai yang menulis kitab al-Ulama al-Mujaddidun itu juga berkontribusi besar dalam merekatkan hubungan antara ulama dan para pejabat pemerintahan. “Kedua, beliau merekatkan ulama dan umara,” ujarnya.


Hubungan lain yang dipererat Mbah Mun adalah antara ulama Indonesia dan internasional. Keberangkatannya ke Arab Saudi untuk memperdalam pengetahuannya juga seakan memperkuat pengakuan internasional kepada Indonesia.


Ia belajar kepada salah seorang pamannya yang mukim di Kota Suci Makkah, Kiai Muhaimin Lasem yang dekat dengan para ulama Haramain. Hal ini menguatkan dukungan mereka terhadap kemerdekaan Indonesia.


“Ketiga, merekatkan ulama Indonesia dengan ulama internasional,” ujar penulis buku Laskar Ulama-Santri dan Resolusi Jihad itu.


Sementara itu, KH Taj Yasin Maimoen, putra Mbah Mun, menyampaikan bahwa ayahnya bukan saja seorang ulama, melainkan juga seseorang yang memiliki pengaruh besar dalam kancah perpolitikan nasional.


Karir politiknya, jelas Gus Yasin, dimulai dari tingkat bawah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Rembang selama tujuh tahun pada 1971-1978. Kemudian, diangkat menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 1987-1999.


“Tidak hanya duduk di legislatif, anggota MPR, tetapi dimulai dari bawah, menjadi Kepala Pasar, Kepala Koperasi dilakukannya semata untuk masyarakat,” jelas Wakil Gubernur Jawa Tengah itu.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad