Nasional MAULID NABI

KH Miftachul Akhyar: Maulid Nabi sebagai Momen Penyemangat Kehidupan

Sel, 19 Oktober 2021 | 19:30 WIB

KH Miftachul Akhyar: Maulid Nabi sebagai Momen Penyemangat Kehidupan

Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menjelaskan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad saw merupakan momen untuk memompa semangat dalam segala bentuk perjuangan yang dihadapi umat Islam.


“Kisah sejarah hidup Rasulullah bisa menjadi motivasi untuk terus melanjutkan perjuangan zuhud dan jihad yang semua itu membutuhkan pengorbanan,” katanya saat mengisi mau’idzah hasanah dalam acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw 1443 H di Masjid Istiqlal, pada Selasa (19/10/2021).


Dalam paparannya, KH Miftachul Akhyar mengungkapkan salah satu teladan semangat juang Rasulullah saw pada fase dakwah di Makkah. Saat itu, Rasulullah banyak menerima ancaman dari orang-orang kafir Quraisy. Hingga kemudian, Rasulullah bersama umat Muslim memutuskan untuk hijrah ke kota Madinah.


Mendasari argumennya, KH Miftachul Akhyar mengutip ayat Al-Qur’an surat Hud ayat 120 yang berbunyi, wa kullan naqusshu ‘alaika min ambâ’ir rusuli mâ nutsabbita bihî fu’âdak (Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu).


Momen bersuka cita

Pada kesempatan itu, KH Miftachul Akhyar juga menjelaskan, momen Maulid Nabi merupakan saat-saat yang penuh suka cita dan semua makhluk yang ada di alam semesta ini harus berbahagia. Hal ini didasari oleh firman Allah swt dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 58 yang berbunyi, qul bifadhlilllâhi wa biraḫmatihî fabidzâlika fal yafraḫû.


“Katakanlah (Muhammad), ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.”


“Jadi, fa’il (subjek) dari kata fal yafraḫû adalah seluruh jagat raya. Artinya, ayat ini mengimbau kepada sekalian alam untuk bergembira dan bersuka cita atas wujudnya rahmat dan anugerah. Sementara kelahiran Rasulullah saw adalah rahmat terbesar yang pernah terjadi di muka bumi,” terang Pengasuh Pondok Pesantren Miftsachus Sunnah, Surabaya itu.


Dalam satu hadits, lanjut Kiai Miftach, Rasulullah juga pernah bersabda, “innamâ ana raḫmatun muhdâh” (sungguh aku adalah rahmat yang dihadiahkan). “Wujudnya beliau adalah rahmat,” imbuhnya.


Dasar peringatan Maulid Nabi

Dalam kesempatan itu pula, KH Miftachul Akhyar memaparkan dasar dilaksanakannya peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Menurutnya, sebagaimana Maulid Nabi untuk mengingat teladan Rasulullah.

 

Allah sendiri sejak dulu sudah menganjurkan Nabi Muhammad untuk mengingat kisah-kisah nabi dan rasul trdahulu. Hal ini supaya Nabi Muhammad termotivasi atas jejak perjuangan mereka.


“Semua itu agar Rasulullah tidak mundur dalam perjuangan sebagaimana (yang dilakukan) nabi-nabi terdahulu,” jelas Kiai Miftach.


Selain itu, lanjut Kiai Miftach, Maulid Nabi juga merupakan bentuk apresiasi kita sebagai umat Muslim atas kelahiran Rasulullah. Jauh sebelum ini, Allah sudah biasa mengapresiasi kelahiran nabi-nabi sebelum Muhammad.

 

Seperti mengapresiasi kelahiran Nabi Yahya as, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 15 yang artinya: “Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.”


“Bahkan, Nabi Isa sendiri mengapresiasi kelahiran dirinya,” tandas Kiai Miftach. 


Dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 33 yang artinya, “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan kembali.”


Kontributor: Muhamad Abror

Editor: Fathoni Ahmad