Nasional

Kiai Masdar: Syariat di Garis Start, Selanjutnya Akhlak

NU Online  ·  Kamis, 27 Oktober 2016 | 03:39 WIB

Demak, NU Online
Rais Syuriah PBNU KH Masdar Farid Mas’udi mengatakan, akhlak merupakan bagian dari implementasi syariat. Ibadah yang benar akan membentuk akhlak yang baik. Sementara syariat adalah garis start. Setelah syariat dilampaui maka akhlak juga harus diterapkan.

“Misal di dalam shalat itu ada rukun sujud, tetapi nilai akhlak dari sujud itu sendiri adalah ketundukan diri,” katanya saat menjelaskan tema ‘Menakar Keberhasilan Pondok Pesantren dalam Membangun Pola Pendidikan Karakter’ pada  Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Yayasan Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak di aula yayasan pada Rabu (26/10).

Ia menambahakan bahwa saat ini perjuangan dakwah harus bergeser dari paradigma syariat oriented ke akhlak karena sejak awal mula Islam datang ke Indonesia melalui pendekatan akhlak.

“Ketika seseorang dipukul, syariat membolehkan untuk memukul balik. Jika hal ini (pukul memukul) berlangsung terus-menerus maka akan terjadi viral kekerasan. Berbeda jika seseorang tadi mengedepankan akhlak yakni membalas dengan senyuman dan memaafkan, maka yang terjadi adalah hubungan persaudaraan,” jelasnya.

Dalam konteksnya bernegara, Kiai Masdar mengungkapkan bahwa gembar-gembor tentang diperlakukannya syariat Islam di Indoneisa harus diubah karena Islam hadir sebagai rahmat. Disinilah peran akhlak.

“Tema utama dakwah Islam sekarang ini bukan hanya sekedar syariat, tapi akhlak. Gerakan  ISIS itu salah tema karena terlalu mengutamakan syariat. Lihat sekarang apa yang terjadi,’ tandasnya.

Kepada para politisi, Kiai Masdar juga mengajak untuk selalu mengutamakan akhlakul karimah dalam berpolitik.


Seminar Nasional yang dibuka oleh ketua yayasan Pondok pantren Futuhiyyah Mranggen, KH Said Lafif Hakim ini mengambil tema ‘Menilik Pola Pendidikan Karakter Santri dan Tantangan Radikalisme Kajian Ilmu Keislaman di Indonesia’ dan dihadiri oleh ratusan ulama dan kyai pesantren di Jawa Tengah.

Tampak hadir juga Panglima Kodam IV Diponegoro Semarang yang diwakili oleh Kasi Bintalidjuang Bintaldam IV Diponegoro, Mayor H. Isa Anshari, Direktur Deradikalisasi BNPT Jakarta, Muslih, Rektor UIN Walisongo, Muhibbin Noor, dan Guru Besar Anthropolog Undip Mudjahirin Thohir. Seminar Nasional ini adalah bagian dari rangkaian kegiatan  Expo Futuhiyyah Refleksi 115 tahun kiprah Futuhiyyah untuk bangsa.

Sementara itu, Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Masykuri Abdillah yang juga alumni Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen memberikan materi ‘Pondok Psantren dan Metodologi Pendidikan Karakter dalam Menepis Paham Radikalisme dan Fanatisme Sektoral.

Ia mengungkapkan bahwa fanatisme berlebihan akan memunculkan radikalisme. Dari radikalisme akan muncul ekstrimisme yang berujung pada terorisme. Maka untuk menanggulanginya harus ada penguatan Islam yang ramah (rahmatan lil ‘alamin) dan moderat yang ia sebut islam-rahmah-washathiyyah serta pendidikan karakter.

“Para ulama serta tokoh masyarkat dan aktivis islam dituntut untuk menghindarkan diri dari sikap fanatisme dan absolutisme madzhab, dengan tidak mudah menuduh kelompok lain sebagai syirik, bid’a apalagi kafir. Kurikulum pendidikan juga harus diarahkan kepada pemahaman keagamaan yang rahmah dan moderat. Hal ini penting karena dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi sejumlah buku ajar yang mengajarkan radikalisme keagamaan,” tuturnya.

Lanjutnya, penguatan akhlak dan karakter harus terus diupayakan. Pembinaan karakter dilakukan dengan sosialisasi nilai-nilai agama yang terintegrasi dengan nilai-nilai moral dan karakter bangsa, baik dalam sosialisasi primer (masa anak-anak dalam keluarga dan dalam masyarakat) maupun sosialisasi sekunder (setelah masa anak-anak). Pendidikan akhlak dan karakter  di sekolah/madrasah juga  harus dilakukan secara terintegrasi dengan semua mata pelajaran.

“Maka, pesantren dituntut untuk melakukan pembinaan akhlak dan karakter tidak hanya bagi para santri, tetapi juga masyarakat secara umum, sejalan dengan peran pesantren sebagai lembaga dakwah yang memberi pencerahan kepada masyarakat sekitar,” pungkasnya. (Ben Zabdiy/Abdullah Alawi)