Nasional

Kiai Sahal Canangkan Gagasan Fiqih yang Membumi

NU Online  ·  Selasa, 7 Mei 2019 | 06:45 WIB

Kiai Sahal Canangkan Gagasan Fiqih yang Membumi

Almaghfurlah KHMA Sahal Mahfudz (foto: ansorjepara.or.id)

Jakarta, NU Online
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 1999-2014 KHMA Sahal Mahfudz mencanangkan gagasan fiqih yang membumi. Artinya seperti yang sudah dijelaskan bahwa fiqih harus bisa menyentuh secara langsung pada persoalan-persoalan masyarakat Islam dengan memperhatikan teks-teks fiqih juga kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Hal itu disampaikan Sarah Lathoiful Isyaroh saat menjadi narasumber pada One Month One Book tentang buku Nuansa Fiqh Sosial Fatayat Nahdlatul Ulama Maroko, Ahad (5/5) malam waktu Maroko.

Dikatakan, dibolehkannya menqashar shalat ketika safar dengan jarak 85 km, misalnya. Bagaimana jika ada dua orang Islam, satu bepergian menggunakan pesawat terbang antarkota dan memenuhi syarat dibolehkannya menqashar atas jaraknya yang jauh kemudian dibandingkan dengan orang Islam yang bepergian menggunakan kendaraan motor dan jaraknya tidak memenuhi tetapi di sisi lain masyaqohnya lebih berat. Bagaimana penyelesaian nya?"

"Maka dengan fiqih yang membumi, akan ada unsur keadilan dengan mempertimbangkan beberapa hal alasan yang logis," jelas perempuan yang telah menyelesaikan studi magisternya di Universitas Abdellamalik, Tetouan itu.

Di samping itu, Kiai sahal, melalui tulisannya itu, mendorong peran pesantren bisa terus ditingkatkan dalam aspek memajukan lingkungan hidup dan juga membentuk masyarakat yang saleh.

Iman dan tawakal juga, menurutnya, merupakan dua hal yang sangat penting sehingga diungkapkan Kiai Sahal untuk bisa merepresentasikan fiqih sosial ke dalam kehidupan.

Terakhir, Sarah melihat keberhasilan fiqih dakwah bisa dicapai dengan cara penghapusan jarak yang begitu jauh antara teks-teks dan realita. "Tentu pendekatan dakwah akan lebih mudah dengan penggagasan atau ide-ide kontekstualis fiqih yang progresif," pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Fatayat NU Maroko Rona Alyfah mengungkapkan bahwa pemilihan buku Nuansa Fiqh Sosial karena memberikan kesegaran bagi pembacanya. "Relevansinya pemikiran beliau dengan perkembangan zaman sekarang dan menuntut untuk berpikir progresif," ujarnya.

Di samping itu, buku tersebut, baginya, cukup menantang mengingat kosa katanya yang beragam dan perlu konsentrasi penuh saat membacanya. "Jika tidak, maka kita hanya akan mengulang-ulang bacaan dan tidak menemui titik pemahaman yang dalam," pungkas mahasiswa Institut Imam Nafie, Tangier itu. (Syakir NF/Muiz)