Nasional

Kisah Haru Ki Enthus Hibur Napi dengan Gamelan di Penjara

Sel, 15 Mei 2018 | 03:35 WIB

Kisah Haru Ki Enthus Hibur Napi dengan Gamelan di Penjara

Ki Enthus Susmono (Foto: Antara)

Jakarta, NU Online
Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Kabupaten Tegal merupakan tempat yang pernah ‘disinggahi’ dalang kondang Ki Enthus Susmono pada 2009 silam. Ki Enthus pernah mendekam di penjara tersebut buntut demonstrasi berujung perusakan pagar besi oleh warga saat dirinya ikut memperjuangkan aspirasi masyarakat.

Polisi menggelandang seniman yang dijuluki ‘Dalang Edan’ ini sebab dianggap memprovokasi dalam aksi tersebut. Namun, pembelaan dari warga banyak berdatangan untuk Ki Enthus, tetapi hal itu tidak menyurutkan langkah Polisi untuk tetap memenjarakannya.

Pengalaman hidupnya berusaha membela kepentingan masyarakat Tegal mendorong Ki Enthus untuk maju dalam perhelatan Pilkada Kabupaten Tegal pada 27 Oktober 2013 silam. Keputusan tersebut ia ambil dengan tekad membela dan memenuhi kepentingan masyarakat seperti yang ia lakukan saat turut dalam demonstrasi tersebut.

Niat dan tekad tersebut berhasil mengantarkannya terpilih menjadi Bupati Tegal periode 2013-2018 berpasangan dengan Umi Azizah, perempuan yang saat ini memimpin PC Muslimat NU Tegal.

Selama kehidupannya di dalam Lapas, tidak membuat Enthus berhenti dengan aktivitas mendalang. Pria yang juga cukup populer dalam dunia seni pewayangan hingga ke mancanegara ini menghibur para Narapidana (napi) dengan main gamelan dan wayang.

Kisah Ki Enthus mendalang di penjara ini diceritakan aktivis kelahiran Tegal Ali Sobirin. Pria yang pernah aktif sebagai peneliti di Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) ini bertemu dengan Enthus dalam kegiatan Rapat Kerja Lesbumi di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.

“Pertemuan saya dengan Ki Enthus yang berkualitas itu di TIM, yaitu sewaktu acara Raker Lesbumi, di mana pada waktu itu beliau baru keluar dari penjara,” ungkap Ali Sobirin, Selasa (15/5).

Ali Sobirin yang kini aktif sebagai salah seorang Pengurus Lembaga Takmir Masjid (LTM) PBNU itu tidak terlalu tertarik pada apa yang menyebabkan Ki Enthus masuk penjara. Karena menurut Alsob, sapaan akrabnya, itu sangat terkait dengan masalah politik.

Alsob tertegun dengan cerita Ki Enthus di dalam penjara. Selama di Lapas, ayah empat anak tersebut main gamelan setiap hari. Kegiatan tersebut dimodali secara mandiri termasuk konsumsinya.

“Apa yang membuat saya tertegun adalah cerita beliau ketika beliau di dalam penjara. Apa yang beliau lakukan adalah main gamelan tiap hari dan dimodali sendiri termasuk umba-rampe makanan dan lain-lainnya,” terang Alsob.

Apa yang dilakukan Ki Enthus menciptakan kebahagiaan dan keriangan para penghuni Lapas, bukan hanya para napi, tetapi juga para petugas ikut merasa senang dengan kehadiran Ki Enthus. Kisah haru pun muncul ketika Enthus sudah waktunya terbebas dari penjara.

“Hiburan yang diciptakan Enthus menjadikan hampir semua penghuni penjara termasuk para petugas merasa senang dan gembira dengan keberadaan beliau di situ. Dan ketika beliau bebas, mereka semua menangisi, kehilangan, paling tidak oleh sebab tak akan ada lagi hiburan gratis,” tutur Alsob. (Fathoni)