Jakarta, NU Online
Korban gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, dan sekitarnya bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban hingga Rabu (3/10) malam mencapai 1.424 orang yang meninggal dunia, yakni 144 orang di Donggala, 1.203 orang di Palu, 64 orang di Sigi, 12 orang di Parigi Moutong, dan satu orang di Pasang Kayu Sulawesi Barat. 1407 jenazah sudah dimakamkan.
Selain itu, korban luka berat yang dirawat di rumah sakit tercatat berjumlah 1.549 orang. 113 orang hilang dan 152 orang korban tertimbun. Jumlah pengungsi terakhir 70.821 jiwa. Mereka tersebar di 141 titik.
BNPB juga mencatat kondisi tempat tinggal masyarakat Palu dan sekitarnya. 66.238 unit dinyatakan rusak. Sebanyak 65.733 unit di antaranya berada di Sulawesi Tengah. Jumlah tersebut belum diklasifikasi kerusakannya. Sementara itu, 505 unit lainnya terletak di Sulawesi Barat dengan rincian 107 unit dalam kondisi rusak berat, 87 rusak sedang, dan 248 rusak ringan.
Di samping itu, pemerintah dan relawan juga berupaya untuk terus mencari para korban yang hilang dan memulihkan kondisi yang porak poranda. Sejumlah 25 alat berat dikerahkan untuk mengupayakan hal tersebut. Alat berat tersebut tersebar di Patobo dengan jumlah tujuh unit, enam di Balaroa, satu di Buluri dan Mall, satu di TPU Paboya, satu di Jalan Juanda, dua di Sigi, dua di Hotel Roa-roa, dua alat berat dan lima truk di Pantai Talise, dan tiga di Mall Ramayana. Saat ini, 21 unit alat berat sedang dalam perjalanan dari Kementerian PU Pera, ESDM, TNI, dan swasta untuk mempercepat upaya pemulihan.
Gempa dengan kekuatan lebih dari 7 SR itu juga mengakibatkan peristiwa likuefaksi, yakni fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat beban getaran gempa. Empat daerah di Kabupaten Sigi yang tertimbun lumpur akibat likuefaksi, yakni Mpano, Sidera, Jono Oge, dan Lolu. (Syakir NF/Abdullah Alawi)