Jakarta, NU Online
Kopi Darat (Kopdar) Netizen Nahdlatul Ulama yang diinisiasi oleh PBNU, Rabu (28/12) di Gedung PBNU Jakarta mendapat respon luar biasa dari para pemuda dan aktivis media sosial. Ratusan aktivis hadir untuk membahas perkembangan dunia maya sekaligus pembaruan strategi dakwah Islam moderat.
Hadir dalam kegiatan bertajuk Membangun masyarakat Sosmed yang Edukatif dan Berakhlakul Karimah ini beberapa intelaktual muda NU yang selama ini aktif di media sosial, para admin medsos, dan pengelola website.
Diantara mereka yang hadir yaitu Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini, Direktur NU Online dan Nutizen Savic Ali, Zuhairi Misrawi, Ulil Abshar Abdalla beserta istrinya Ienas Tsuroiya, Direktur Politicalwave Jose Rizal, Ketua LTN PBNU Hari Usmayadi, Ketua PBNU Robikin Emhas, Ketua LDNU KH Maman Imanulhaq, dan para aktivis lainnya.
Helmy Faishal mengawali sambutan dalam pertemuan ini. Ia memberikan beberapa data yang menjelaskan bahwa pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 132,7 juta atau sekitar 51,8 persen.
“Ada tiga isu yang dihadapi saat ini di dunia maya yaitu terorisme global, kapitalisme liberal, dan ekonomi. Tapi saya ingin fokus di permasalahan pertama,” ujar Helmy.
Dia menjelaskan kecenderungan masyarakat dunia maya (netizen) yang ingin menjauhkan NU dari jamaahnya dan menjauhkan nilai-nilai pesantren dari masyarakat Indonesia. Hal itu terbukti dengan menyebarkan konten-konten palsu (hoax) yang kerap ditelan menteh-mentah oleh netizen.
Senada, Savic Ali menegaskan bahwa kondisi yang terjadi selama ini, warga NU dihadapkan pada perang dunia maya yang berusaha mengikis karakter Islam ramah di tubuh masyarakat Indonesia terutama anak-anak muda.
“Jika warga NU ada sebanyak 90 juta, mestinya jumlah ini cukup untuk kampanye dan membuat trending setiap hari. Artinya potensi kampanye Islam ramah dan moderat di dunia maya sangat tinggi oleh warga NU,” terang Savic.
Dalam kesempatan ini, turut memberikan sambutan dan pandangannya yaitu Ulil Abshar Abdalla, Zuhairi Misrawi, Jose Rizal, dan Robikin Emhas. Mereka memberikan beberapa masukan kepada PBNU dan strategi dakwah yang harus dilakukan oleh para netizen, terutama ketika menghadapi narasi-narasi ekstremis. (Fathoni)