Nasional

Korban Aksi Teror Butuh Penanganan Psikologis dan Psikososial

NU Online  ·  Jumat, 27 Mei 2016 | 07:02 WIB

Jakarta, NU Online
Hayati Eka Laksmi, istri salah satu korban Bom Bali 2002 Imawan Sardjono mengharapkan penanganan medis terhadap korban terorisme. Namun begitu, penanganan pascaaksi teror juga penting menyentuh sisi psikologis dan psikososial. Menurutnya selama ini, korban aksi terorisme kurang terlayani dengan baik.

Laksmi menyampaikan hal itu di depan peserta pendidikan singkat Penguatan Perspektif Korban dalam Peliputan Isu Terorisme bagi Insan Media yang diinisiasi Aliansi Indonesia Damai di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (26/5) siang.

Menurutnya, korban aksi terror terbagi atas dua jenisnya, korban langsung dan korban tidak langsung. Korban langsung adalah korban yang menjadi penderita karena peristiwa terror. Sedangkan korban tidak langsung adalah orang terdekat dari korban langsung seperti keluarga terutama istri atau suami dan anak.

Laksmi menambahkan, sisi psikologis dan psikososial suami atau istri dan anak-anak korban aksi terror sangat penting untuk diperhatikan. Karena mereka masih hidup dan masih ada di sekitar kita, hidup dan membaur di tengah-tengah masyarakat.

“Apalagi anak-anak memiliki trauma yang berat. Kalau tidak ditangani tentu berakibat buruk untuk masa depan mereka,” terang Laksmi.

Korban tidak langsung terutama istri juga menghadapi persoalan ekonomi. Ini juga perlu menjadi perhatian pihak terkait.

Laksmi yang tergabung dalam sebuah komunitas korban bom dan terorisme Yayasan Penyintas Indonesia mengatakan, tidak semua korban tergabung dalam suatu komunitas. Mereka sangat mungkin menghadapi persoalan serupa.

Mewakili para korban, Laksmi mengharapkan bantuan semua kalangan untuk pemulihan dan penanganan terhadap para korban terutama kalangan medis, pemerintah, dan media massa. (Kendi Setiawan/Alhafiz K)