Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (Foto: Dok. Pesantren Al-Munawwir)
Syarif Abdurrahman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim menjelaskan bahwa di antara kunci untuk memperoleh haji mabrur ialah terpenuhi syarat serta rukunnya.
Sehingga menurut Gus Baha, bagi masyarakat yang ingin mendapatkan haji mabrur harus belajar dan paham syarat serta rukun haji kepada yang lebih tahu. Dengan kata lain, ciri haji mabrur yang paling mudah yaitu seseorang sudah memahami syarat beserta rukunnya haji secara benar.
Baca Juga
Tiga Ciri Haji Mabrur Menurut Rasulullah
"Saya terkadang marah, ada orang datang, lalu minta doa supaya dijadikan haji mabrur. Nah, belajar saja tidak, kok minta doa selamat," jelas Gus Baha dikutip dari akun youtube Najwa Bersholawat, Jumat (22/6/2023)
Gus Baha menambahkan, doa supaya dijadikan haji mabrur harusnya dilakukan setelah orang tersebut belajar semua hal berkaitan dengan haji dan umrah.
Logika sederhana Gus Baha, ketika ada seseorang yang minta didoakan supaya selamat dalam berkendaraan sepeda motor, tapi sayangnya orang tersebut belum bisa membawa sepeda motor. Sehingga doa selamat tersebut seakan terasa percuma.
"Masalahnya, ketika kamu mendoakan seseorang supaya jadi haji mabrur, tanpa belajar dulu itu sama saja dengan mendoakan seseorang selamat berkendaraan sepeda motor, tapi ia tidak bisa membawa sepeda motor. Ini aneh," tegas Gus Baha.
Dengan logika yang sama, kata Gus Baha, orang yang mau haji harusnya tanya dulu bagaimana cara membawa sepeda motor yang baik, karena terkadang orang yang bisa berkendaraan saja belum tentu selamat, apalagi yang tidak tahu caranya. Hal yang sama, makanya orang yang haji itu tanya dulu syarat dan rukunnya haji, baru kemudian minta didoakan supaya hajinya mabrur.
"Kalau masyarakat Rembang sekarang tidak minta doa haji mabrur, tapi tanya, Gus saya mau haji, supaya sah bagaimana? Saya ajarin mereka cara haji yang baik dan benar. Selain belajar waktu manasik haji. Dengan sikap saya begini, setidaknya saat manasik haji, jamaah mau mendengarkan dan tidak tidur," imbuhnya.
Sikap Gus Baha tersebut diucapkannya karena dalam proses haji ada banyak hal yang diharuskan diketahui agar hajinya sah secara syariat. Setelah sah, baru bicara haji tersebut mabrur.
Gus Baha lalu mencontohkan beberapa hal yang perlu diperhatikan saat haji, seperti tawaf di mulai dari hajar aswad. Tidak terlalu dekat dengan Ka'bah karena takut menginjak pondasi Ka'bah. Sehingga tawafnya nanti malah di atas Ka'bah bukan mengelilingi Ka'bah.
Selain itu, kiswah Ka'bah itu penuh dengan minyak wangi, jadi kalau terlalu dekat nanti bisa menyentuh. Maka ini harus dijelaskan secara jelas.
"Kalau mau haji mabrur, urutannya belajar dulu, ilmunya dulu. Ada santri Sarang minta didoakan di Multazam, saya bilang, ngaji dulu baru didoakan. Akhirnya pukul 02.00 waktu Makkah ngaji di lantai 3, ngaji Bukhari sekitar 2 jam. Karena hanya belajar mengajar membuat orang mencintai Allah dan Rasul," tegas Gus Baha.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Amalan Sederhana, Namun Bermanfaat Bagi Sesama
2
Khutbah Jumat: Perhatikan 4 Hal Ini Agar Amal Ibadah Diterima Allah
3
Khutbah Jumat: 3 Penyakit Hati yang Harus Dijauhi
4
Khutbah Jumat: Pendidikan sebagai Kunci dalam Menggapai Impian
5
Khutbah Jumat: Bersemangatlah, Mencari Nafkah adalah Ibadah
6
Khutbah Jumat: Bersabar dan Memetik Hikmah di Balik Musibah
Terkini
Lihat Semua