Nasional

Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU Soroti Maraknya Kasus Perselingkuhan

Jum, 23 Juni 2023 | 17:30 WIB

Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU Soroti Maraknya Kasus Perselingkuhan

Anggota Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK PBNU), Nurmey Nurulchaq (Ning Rully) dalam sebuah acara. (Foto: Dok Pribadi)

Jakarta, NU Online
Publik tengah dihebohkan dengan maraknya kasus perselingkuhan belakangan ini. Kabar perselingkuhan dari kalangan selebritas maupun orang biasa tersebar luas di media dan banyak platform digital lainnya.

 

Perselingkuhan tersebut bahkan tak sedikit dilakukan oleh pihak yang telah berkeluarga dan memiliki keturunan. Banyaknya kasus perselingkuhan yang viral itu membuat orang mengelus dada. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?

 

Anggota Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK PBNU) Nurmey Nurulhaq turut menyoroti hal tersebut. Menurutnya, perselingkuhan terjadi karena banyak faktor.

 

“Tantangan perkawinan dan keluarga pada saat ini terkait media sosial. Banyaknya komunitas hobi dan minat atau bahkan reuni seringkali dianggap sebagai pemicu terjadinya perselingkuhan,” ucapnya kepada NU Online, Jumat (23/6/2023).

 

Meski demikian, ia menilai bahwa sebesar apapun tantangan dari luar, ketika setiap pasangan itu memiliki kematangan diri, maka orang tersebut akan memegang komitmen perkawinan dan mampu bertahan dengan tidak menjadikan apapun sebagai alasan untuk berselingkuh.

 

“Setiap keluarga, pasangan akan menghadapi tantangan yang berbeda. Tapi, tidak semua pasangan itu bisa survive dari tantangan yang sama ketika mereka tidak memiliki kematangan diri yang cukup. Kematangan diri ini tentang kesadaran diri akan diri sendiri dan pasangannya,” jabar dia.

 

Penyebab perselingkuhan
Perempuan yang karib disapa Ning Rully itu menegaskan bahwa setiap pasangan pasti akan menghadapi problematika dalam dinamika rumah tangga. Namun, tantangan tersebut tak lantas memicu kerenggangan yang berujung pada perselingkuhan.

 

Orang yang berselingkuh, lanjut dia, sering kali mereka tidak puas dengan pasangannya, tidak memiliki kesamaan dengan pasangannya, tidak bahagia dengan pasangannya, tidak berdaya, atau disepelekan.

 

“Tantangan itu akan selalu ada, tapi tidak semua orang itu gagal ketika menghadapi tantangan itu. Banyak yang resilient, survive,” tutur psikolog keluarga tersebut.

 

Ia kemudian menjabarkan beberapa faktor penyebab perselingkuhan. Biasanya, pihak yang berpotensi selingkuh adalah orang yang insecure, memiliki kepercayaan diri rendah, atau sebaliknya yakni kepercayaan diri yang berlebihan.

 

“Dia menuntut pasangannya menjadi apa yang dia inginkan, tuntutan yang tinggi ini membuat dia kurang berempati atas kekurangan pasangannya menjadi individu yang egois,” ucap Alumni Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu.

 

Tiga komponen utama cinta
Mengutip Theory of Love yang dikemukakan Psikolog bernama Robert Sternberg, Ning Rully mengungkapkan terdapat tiga komponen utama dalam cinta. Ketiganya meliputi komitmen, gairah, dan keintiman.

 

“Ketika kita membicarakan tentang hubungan perkawinan, ada tiga komponen yang sebaiknya dimiliki oleh setiap pasangan. Komponen pertama adalah komitmen, kedekatan emosi, dan passion atau gairah,” kata dia.

 

Ning Rully menjelaskan ketika pasangan kehilangan salah satu dari komponen ini, maka kecenderungan terjadinya perselingkuhan menjadi tinggi.

 

“Misalnya, komitmen. Ketika pasangan sudah tidak memiliki komitmen terhadap pasangannya, perkawinannya, maka godaan apapun yang datang akan memicu perselingkuhan. Kedua passion, kita pernah mendengar bahwa perselingkuhan itu terjadi karena salah satu pihak itu sudah tidak tertarik lagi dengan pasangannya. Ketika ketertarikan ini tidak dijaga dan dipelihara dengan baik, maka kecenderungan berselingkuh pun tinggi,” jabar dia.

 

Ketiga, intimasi atau kedekatan emosi. Komponen ini, lanjut dia, berkaitan tentang bagaimana pasangan mampu menjaga komunikasi. Ini termasuk kemampuan untuk menyampaikan ketika ada hal-hal yang kurang dia sukai dari pasangan.

 

“Dia bisa mengkomunikasikannya dengan baik tanpa menyakiti, ada kesalingan di sana. Bisa menghargai, tidak merasa takut ketika mengatakan sesuatu yang dia harapkan terhadap pasangannya,” papar dia.

 

“Bagaimana regulasi emosi yang dimiliki tiap pasangan sehingga mereka bisa berkomunikasi dengan baik, mengelola konflik dengan baik sehingga masalah yang dihadapi bisa diselesaikan dengan baik. Ketika satu dari tiga komponen itu tidak ada maka itu bisa memicu perselingkuhan,” tutupnya.

 

Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Aiz Luthfi