Nasional

Lika-liku Dakwah Kader Dai LDNU di Banjarmasin

Sel, 21 Juni 2016 | 18:03 WIB

Pukul 08.00 Wita, Saya dijemput pak Abas dengan sepeda motor. Kurang lebih 1 jam perjalanan darat, tibalah kami di sebuah dermaga kecil, di suatu kampung  di Kabupaten Banjar, Sambil menunggu jemputan, saya sempatkan nderes dapat 50 ayat.

Kemudian datanglah klotok; perahu bermesin, yang akan membawa saya ke lokasi acara Isra Mi'raj diadakan yakni Desa Bakambat. Tampak para penjemput sebanyak 5 orang; pak tua berumur sekitar 60 tahun, juru mudi, dan 3 orang panitia. Semua berpakaian bagus, bersih dan sederhana. Wajah mereka kelihatan gembira dan bersemangat.

Perjalanan akan ditempuh sekitar satu jam. Menyusuri sungai Bunipah anak Sungai Barito; sungai terbesar kedua di pulau Kalimantan, setelah sungai Kapuas. Kemudian kami melewati muara sungai Barito yang terhubung langsung dengan laut Jawa dan masuk ke sungai Bakambat, yang sekaligus menjadi nama bagi desa terpencil yang terletak di tepi Laut Jawa.

Desa ini bagian dari kecamatan Aluh-aluh, kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Di perjalanan saya sempat berbincang dengan pak tua yang setia memayungi saya dari pancaran sinar matahari yang cukup terik, sembari menyaksikan kapal-kapal tongkang berisikan ratusan ton batubara yang siap merapat ke kapal perusahaan asing yang menunggu di Laut lepas.

Kata pak tua, acara sudah mulai sejak pukul 7.30 wita dengan membaca Maulid al-Habsyi, yang menjadi tradisi masyarakat Kalimantan Selatan setiap mengadakan peringatan  hari besar Islam. Pak tua juga menginformasikan bahwa desa Bakambat yang akan di datangi termasuk desa tertinggal secara perekonomian.

Setelah satu jam, tibalah kami di desa Bakambat. Saya menaiki dermaga kecil yang cukup tinggi dengan tangan yang gemetar hebat, karena sudah tiga tahun ini bagian tubuh sebelah kanan dalam kondisi stroke ringan selalu bereaksi pada saat diperlukan keseimbangan tubuh ketika turun dan menaiki tempat tinggi. Beruntung saya dibantu panitia yang dengan sigap memegang tangan kanan saya.

Dengan perlahan, saya menyusuri jembatan kecil dari kayu-kayu yang bersusun seadanya, karena kalau terpeleset atau tersandung sedikit saja, bisa terjatuh. Saya dipersilahkan ke rumah salah satu warga untuk istirahat sejenak sekedar menunggu panitia mempersiapkan pergantian acara. Terdengar doa penutup maulid sdh dibacakan, tanda pembacaan maulid sudah selesai.

Tuan rumah menyuguhkan minuman dan makanan kecil. Pak Tua yang selalu mendampingi saya berpesan agar dalam ceramah yang akan disampaikan nanti dijelaskan juga mengenai pentingnya sedekah dan infaq supaya masyarakat mendapatkan motivasi untuk memberikan sumbangan pada setiap kegiatan keagamaan yang diadakan di Masjid.

Sekitar 10 menit kemudian kami beranjak ke lokasi acara; sebuah masjid tua yang terletak di tengah permukiman penduduk. Sesampainya di masjid, acara segera dimulai setelah saya dipersilahkan duduk ditempat penceramah. Di masjid telah penuh jamaah laki dan perempuan. Remaja dan dewasa. Rupanya satu kampung hadir semua.

Saya yang lemah ini segera saja kosongkan diri dari merasa tahu, berusaha untuk connectkepada Allah Sang Maha 'Alim, memohon anugrah dan bimbingan kepadaNya agar hati berisi ilmu dan lisan dapat berucap menyampaikannya ,....itulah pelajaran yang saya dapatkan dari KH. Wahfiudin, wakil talqin TQN Suryalaya, ketika mengikuti pelatihan kader dakwah yang diadakan oleh Lembaga Dakwah Nahdatul Ulama.

Mulailah saya menyampaikan ceramah mengenai Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW dan pelajaran yang dapat diambil darinya. Salam saya ucapkan, bismillah saya mulakan, hamdalah saya sertakan, kedua kalimah syahadat saya iqrarkan, shalawat dan salam pun saya mohonkan untuk sang pengemban risalah suci; Baginda Nabi Mulia Sayyiduna Muhammad SAW berikut keluarga dan para sahabat serta pengikut jejaknya hingga akhir masa.

Bahasan dalam ceramah yang saya sampaikan adalah sebagai berikut:

Maha Suci Engkau, tiada ilmu bagi kami kecuali yang sudah Kau ajarkan kepada kami. Sungguh Engkaulah Sang Maha 'Aliim Sang Maha Hakiim

Ya Allah kami meminta pada Mu, demi musyahadah rahasia-rahasia para pecintaMu, dengan pertemuan khusus antaraMu dengan pemimpin semua RasulMu ketika kau isra' kan dia di hari ke dua puluh tujuh yang mulia, kiranya Kau rahmati sedih dukanya hati kami

Subhana = Maha Suci Allah, sehingga tidak berguna prasangka apa pun terhadap peristiwa isra mi'raj

Alladzi Asra Bi 'Abdihi = Allah memperjalan Nabi Muhammad SAW secara utuh, dengan jasad dan ruh ke seluruh dimensi, sehingga bisa bertemu dengan ruh-ruh para nabi.

Laylan = Waktu malam berasal dari surga yang dipindah ke dunia, sebagai waktu para pecinta mengiba karena taubat dan kerinduan kepada Allah. Berbeda dengan siang yang berasal dari terangnya gejolak Nerraka Jahannam, kini menjadi ajang hiruk pikuk duniawi. Maka di surga tiada lagi gelap dan di neraka tiada lagi terang.

Saat Mi'raj, Nabi Muhammad SAW dengan kaum Nabi Musa AS yang menghuni Tanah Perak berkilauan, di balik 70 gunung sesudah Jabal Qaaf (antara langit dan bumi). Mereka bertahmid karena bertemu Nabi Muhammad SAW dan memohon diajarkan Alquran, Sholat dan seluruh Syariat Islam. Kaum itu memiliki keistimewaan; Rumah mereka tak berpintu dan ruangannya sangat luas (melambangkan hati yang ikhlash dan ridho), Masjidnya jauh dari rumah (kesungguhan beribadah), Kuburan selalu berada di halaman rumah (selalu memikirkan nasib sesudah kematian), Tidak pernah sakit (tidak berbuat dosa), dalam setahun hanya satu warga yang wafat (hidup sehat dan panjang umur), wajah murung (takut terhadap siksa dihari kiamat), memungut hasil sawah dan haasil ternah secukupnya (bersift Qona'ah). Itulah para wali; kekasih Allah.

Sholat sebagai Hadiah oleh-oleh Nabi Muhammad SAW dan Hidayah Allah SWT, didalam al-Quran selalu berdampingan dengan perintah Zakat, menunjukkan ibadah mahdhah harus disempurnakan dengan ibadah sosial/ muta'adiyah. Disinilah pentingnya infaq dan shodaqoh sebagai padanan perluasan makna zakat, dalam menyempurnakan berbagai ibadah mahdhah. Sebagaimana cerita tentang pecinta nabi yang banyak membaca sholawat namun menolak untuk bersedekah karena sipeminta tidak bisa membuktikan kemiskinannya, maka dalam mimpinya ia ditolak Nabi Muhammad SAW karena nabi menyindirnya dengan menanyakan apa bukti cintanya?

Itulah isi ceramah yang saya sampaikan selama kurang lebih satu jam. Kemudian saya tutup dengan permohonan maaf dan salam. Acara selanjutnya adalah pembacaan tahlil dan doa. Usai acara saya diminta untuk membacakan doa "penerang hati' pada dua wadah besar berisi telur bebek dan beberapa keranjang besar berisi pisang. Telur dan pisang akan dibagikan kepada jamaah yang menginginkannya dengan mahar lima ribu rupiah sebagai infaq untuk masjid. Jamah pun segera menyerbu telur dan pisang tersebut. Sungguh unik, semoga harapan mereka terkabul karena kerendahan hati dan persangkaan baik, amin.

Kemudian saya bersama beberapa tokoh masyarakat beranjak ke rumah salah satu warga yang berada di dekat masjid untuk makan siang. Usai makan siang dan berbincang sejenak melanjutkan pembicaraan yang tertunda pada saat kedatangan saya, lantaran waktu yang tidak memungkinkan, saya pun berpamitan. Kemudian saya diminta berkunjung ke rumah warga yang lain untuk suatu keperluan.

Sesampainya di rumah warga tersebut, saya disuguhi minuman dan makanan ringan. Beberapa saat kemudian tibalah waktu zhuhur, maka saya mohon izin untuk melaksanakan shalat zhuhur berjamaah dengan pak Abas, mengantar saya dengan sepeda motor saat berangkat dari rumah.

Sesudah shalat zhuhur saya diminta memilihkan nama bayi dan membacakan doa yang kemudian ditiupkan pada air putih sebagai wasilah agar hajat terkabul. Saya kemudian berpamitan untuk pulang, karena perahu yang akan mengantarkan saya pulang sudah disiapkan. Sekitar jam 2.00 wita kami pulang dengan perahu bermesin yang menempuh perjalanan selama satu jam, ketika sampai di dermaga tujuan, kembali menempuh perjalanan darat dengan sepeda motor selama kurang lebi satu jam.

Kemudian tibalah di rumah, tepatnya di belakang terminal induk kota Banjarmasin Jalan A. Yani kilometer 6. Alhamdulillah, selesailah dakwah untuk hari ini sebagai bagian dari belajar mensyukuri bagian tubuh yang sehat yang lebih banyak,dan latihan bersabar atas bagian tubuh yang diberi sakit, dengan berbagi manfaat untuk umat.*** 

Muhammad Halabi
Penulis adalah Tim Inti Dai Internasional dan Media (TIDIM) Lembaga Dakwah NU.