Nasional EKSPEDISI DESTANA 2019

LPBI NU Turut Sosialisasi Kesiapsiagaan Bencana ke 584 Desa Rawan Gempa dan Tsunami

Jum, 12 Juli 2019 | 22:00 WIB

LPBI NU Turut Sosialisasi Kesiapsiagaan Bencana ke 584 Desa Rawan Gempa dan Tsunami

Sekretaris LPBI PBNU Yayah Ruchyati (tengah depan).

Jakarta, NU Online
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) turut serta dalam Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Ekspedisi Destana 2019) yang digelar oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

LPBI NU sebagai lembaga di bawah naungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama memiliki mandat di bidang penanggulangan bencana, perubahan iklim, dan pelestarian lingkungan. Dalam hal ini, akan berpartisipasi dalam meningkatkan pemahaman kesiapsiagaan bencana.

"Selain itu kami juga akan mensosialisasikan standardisasi penanganan darurat, kesiapsiagaan serta pencegahan kepada masyarakat. Jika terjadi gempa, banjir, dan lain sebagainya, sehingga masyarakat dapat segera melakukan evakuasi secara mandiri," ujar Seketaris LPBI NU Pusat Yayah Ruchyati saat mengikuti prosesi Pembukaan Destana 2019 di Pantai Boom Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (12/7).

Yayah menjelaskan bahwa sebelumnya LPBI NU memang sudah gencar melakukan pendampingan dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana, baik itu melalui internal NU, juga menyasar ke sekolah-sekolah dan pesantren. Pendampingan melalui sosialisasi seperti bagaimana merespons kondisi darurat bencana untuk semua komponen baik sekolah, guru maupun siswa, peralatan, dan bahan dalam kondisi yang baik dan siap dioperasikan jika sewaktu-waktu akan terjadinya bencana.

Ekspedisi yang digagas BNPB ini melibatkan beberapa instansi terkait seperti kementerian, pemerintah daerah, lembaga masyarakat, para pakar, hingga relawan. Karenanya, menurut Yayah melalui ekspedisi ini semua pihak bahu-membahu dalam mengedukasi masyarakat tentang kesiapsiagaan bencana.

Ekspedisi Destana 2019 akan melewati 584 desa rawan gempa dan tsunami di wilayah selatan Pulau Jawa. Ekspedisi akan berlangsung selama 34 hari terbagi menjadi empat segmen, yang dimulai dari Banyuwangi, Jawa Timur sejak Jumat (12/7) kemarin.

Yayah mengatakan bahwa selama ekpedisi LPBINU Pusat juga menggandeng pengurus wilayah dan cabang dalam melakukan edukasi dan sosialisasi tentang kesiapsiagaan tsunami kepada masyarakat, khususnya di sekolah-sekolah.
Selain itu, pihaknya juga berkoordinasi dengan seluruh relawan yang berada di daerah setempat, agar semua bisa memahami dalam memberikan informasi potensi ancaman tsunami serta melakukan identifikasi awal ketangguhan desa yang rawan tsunami.

"Semoga kegiatan ini berjalan dengan lancar. Kegiatan ini sangat penting karena akan memberikan penilaian terkait ketangguhan ke 584 desa itu. Penilaian itu yang nantinya akan menjadi evaluasi BNPB untuk mitigasi terjadinya gempa dan tsunami," ujar Yayah.

Setelah melewati Banyuwangi, Jawa Timur yang menjadi titik start, ekspedisi berlanjut dengan menyusuri pantai selatan Jawa, menuju Jawa Tengah, Yogyakarta. Ekspedisi kemudian berlanjut ke Jawa Barat seperti pantai, Pangandaran dan Garut; serta akan berakhir di Banten. (Anty Husnawati/Kendi Setiawan)